BREAKING DAWN


Judul Buku : Breaking Dawn (Awal yang Baru)
Penulis: Stephenie Meyer (2008)
Penerjemah: Monica Dwi Chresnayani
Tebal: 864 hlm; 13,5 x 20 cm
Terbit: Cetakan 1, Januari 2009
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama


AKHIR TETRALOGI TWILIGHT

Konon, jauh sebelum Carlisle Cullen, kepala keluarga Cullen lahir, terjadi wabah di dunia vampir. Wabah tersebut berhubungan dengan munculnya anak-anak imortal. Dengan alasan yang tidak bisa dipahami, para vampir kuno menciptakan vampir atau anak imortal dari bayi manusia. Makhluk abadi jenis ini akan membeku di tahap perkembangan yang mereka capai sebelum digigit. Mereka akan menjadi anak-anak yang menggemaskan dan menimbulkan rasa sayang pada siapa yang melihat. Padahal mereka berbahaya, tidak bisa dididik, dan tidak mempan dihalangi tatkala mereka menginginkan sesuatu; amukan mereka bisa menghancurkan setengah isi sebuah desa dan pada gilirannya tidak akan sanggup menyembunyikan rahasia vampir. Rahasia yang terus ditegakkan sepanjang sejarah. Karenanya, menciptakan dan melindungi anak-anak imortal dinyatakan sebagai tindakan ilegal ; pencipta dan ciptaannya mesti ditumpas. Ibu Tanya, vampir dari Keluarga Denali, adalah salah satu pencipta anak imortal yang telah merasakan penghakiman Keluarga Volturi.

Ikhwal anak imortal inilah yang digagas Stephenie Meyer sebagai pemicu konflik dari buku keempat dan terakhir Twilight Saga, Breaking Dawn. Kisahnya dimulai dari momen pernikahan Bella Swan dan Edward Cullen. Di penghujung hari pernikahan, mereka meninggalkan Forks untuk berbulan madu di Pulau Esme, pulau yang dihadiahkan Carlisle kepada istrinya, Esme. Mereka bercinta layaknya pengantin baru dan tidak lama kemudian, secara mencengangkan, Bella hamil. Janin dalam rahimnya yang tumbuh pesat memberi ide aborsi di benak Edward. Ia khawatir akan keselamatan Bella. Bella menolak janinnya diaborsi bahkan ketika Carlisle turun tangan. Untuk itu ia minta dukungan Rosalie, yang diketahuinya selalu menginginkan anak. Bella tak peduli ia menderita walaupun janin yang ganas itu berulang mematahkan tulang rusuknya (juga tulang pinggulnya).

Jacob Black terkejut mengetahui kehamilan Bella yang tidak biasa. Atas permintaan Edward, ia mencoba menasihati Bella agar mau melakukan aborsi. Bella tetap bergeming. Di tengah-tengah pembicaraan tentang si janin dengan Carlisle, secara tak sengaja Jacob mencetuskan ide untuk meringankan kehamilan Bella. Ternyata, si janin merongrong ketenangan Bella karena ia lapar. Cuma darah, dan bukan susu, yang diinginkan si janin.

Kehamilan parah Bella membuat kawanan werewolf pimpinan Sam memutuskan membinasakan si janin. Jalan satu-satunya adalah membunuh Bella. Tentu saja, Jacob menampik rencana itu. Dengan tegas ia memisahkan diri dari kawanannya dan tanpa perencanaan membentuk kawanan sendiri bersama Seth dan Leah Clearwater, yang bergabung dengan alasan berbeda.

Sekitar sebulan setelah hamil, Bella melahirkan seorang anak perempuan, Renesmee –kombinasi nama Renée dan Esme. Proses persalinannya penuh horor, tulang-tulang Bella patah dan ia kehilangan banyak darah. Melihat penderitaan Bella, Edward memutuskan menancapkan giginya di leher Bella. Pada saat yang nyaris simultan, Jacob yang hendak menghindar melihat Renesmee, dan seketika terjadilah sesuatu yang membuatnya kelak nyaris dibunuh Bella. Jacob meng-imprint Renesmee.

Akhirnya, Bella menemukan dirinya telah menjadi vampir. Namun tidak seperti vampir baru lainnya, Bella menjadi vampir dengan kemampuan istimewa. Ia bisa menahan diri atas godaan aroma darah manusia. Bahkan, menjadi lebih kuat dari Edward. Sayangnya, belum lagi leluasa menikmati hidup barunya, petaka telah menghadang. Irina, salah satu vampir dari Keluarga Denali, yang datang ke Forks, melihat Renesmee. Ia mengidentifikasi anak itu sebagai anak imortal –bayi yang diubah menjadi vampir. Irina tahu betul peraturan bahwa penciptaan dan perlindungan anak imortal adalah sesuatu yang ilegal, tidak sah di bawah peraturan yang telah ditegakkan Keluarga Volturi. Kesempatan membalas dendam akan kematian Laurent telah datang, dan tanpa bisa dicegah, ia melaporkan penemuannya ke Volterra.

Keluarga Volturi (Aro, Caius, Marcus) yang sudah lama ingin menghancurkan Keluarga Olympic mendapatkan jalan. Melalui penglihatan Alice, diketahui akan ada rombongan besar yang mendatangi Forks. Renesmee akan dibunuh, demikian juga orang-orang yang melindunginya. Maka, Renesmee mesti diselamatkan. Keluarga Cullen perlu mendapatkan dukungan vampir-vampir lain di seluruh dunia. Mereka akan menjadi saksi untuk membuktikan jika Renesmee bukanlah anak imortal. Jika Keluarga Volturi tidak mau mendengarkan mereka, mau tidak mau, perang melawan Volturi akan dikobarkan. Jacob yang telah memulihkan hubungan dengan kawanan Sam tak akan membiarkan mereka bertempur sendiri. Dan Keluarga Volturi tidak tahu, Bella bukan lagi pion lemah yang dengan mudah bisa dicaplok.

Breaking Dawn adalah novel paling tebal dari tetralogi Twilight. Edisi Inggrisnya setebal 756 halaman, sedangkan edisi Indonesia 862 halaman. Namun, sepanjang itu pun, para penggemarnya pasti tidak akan mengesampingkan novel yang pertama kali dirilis pada Agustus 2008 ini. Terbukti, edisi Inggrisnya laris terjual 1,3 juta kopi dalam waktu 24 jam perilisannya. Saya bukan penggemar gila-gilaannya, tetapi tetap tidak puas hanya berhenti di Eclipse. Banyak dugaan dan harapan yang disemai episode-episode sebelumnya.

Novel dengan judul yang menggambarkan awal kehidupan Bella sebagai vampir (Breaking Dawn) ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama mengalir dari perspektif Bella ; bagian kedua bergulir dari sudut pandang Jacob, sedangkan bagian ketiga kembali dikisahkan Bella. Sebagaimana tiga novel sebelumnya (Twilight, New Moon, dan Eclipse), Breaking Dawn juga ditulis dengan gemulai. Bagi yang sudah akrab, mungkin tidak akan terganggu dengan irama Stephenie Meyer. Dengan lambat konfliknya terasah dan ketegangan meruncingkan jalinan plot. Harapan saya kandas. Karena sebelumnya saya sudah membayangkan pertempuran hidup dan mati, penghancuran Keluarga Volturi yang sombong dan asli pengecut, dan kematian beberapa anggota Keluarga Cullen. Pamungkas yang dihadiahkan Stephenie Meyer ternyata sekadar mencetuskan euforia ala Holywood, dan meredupkan sengatan yang signifikan. Seperti akhir kisah fantasi Harry Potter, Stephenie Meyer mempersembahkan kepada pembaca sebuah akhir yang penuh tanya, tetapi membahagiakan. The Happily Ever After. Ah, kalau sudah begini, apalagi yang tersisa dengan niat sang penulis untuk merangkai kembali kisah Twilight melalui POV Edward Cullen?

Kabarnya, hak filmisasi Breaking Dawn telah didapatkan Summit Entertaintment sebagaimana judul-judul sebelumnya. Sehabis membaca novel ini, saya langsung membayangkan bagaimana jika film yang dihasilkan setia pada novelnya. Pasti penonton (remaja) akan melihat sejumlah adegan nudis, ciuman membara, persalinan yang mengerikan, dan mendengarkan sejumlah dialog yang berhubungan dengan seks. Ah, apakah perlu hal-hal seperti itu menjadi ‘fitur’ sebuah ‘produk’ yang ditujukan kepada konsumen remaja?

read more...

Menanti Pelangi…




Allahu Robbiy,tak dapat kulerai air mata yang meluncur bebas basahi pipiku… sakit ini begitu dahsyat…berulang dan berulang…rukuk Nahla, itu pesan Ustadzah Mashitah. Ibu baik hati yang telah melahirkan lima orang jundi itu memang kerap kali berbagi tips kelahiran padaku. Ia berpesan, begitu rasa nyeri yang belakangan kuketahui sebagai kontraksi itu menyerang, maka rukuk akan mempercepat proses pembukaan jalan lahir sehingga rasa sakit tidak perlu diderita begitu lama oleh ibu hamil menjelang persalinannya. Namun apa daya, untuk berdiripun sungguh aku tak sanggup…
Pukul 02.15 dini hari… jarum jam itu seakan berjalan ditempat meningkahi rintik hujan yang tak jua kunjung berakhir… kucoba menarik nafas dalam-dalam, mempraktikan beberapa kiat yang kudapat dari kelas senam hamil dua bulan terakhir ini… Alhamdulillah, agak sedikit membantu namun tentu saja dera ini akan kembali datang beberapa saat lagi… dan eggghhh…hhh, kembali kukepal erat kedua telapak tanganku…Robbiy…gigi ini telah beradu dan tulang belulang pun turut kaku… hanya namaNya yang sanggup kulafaz perlahan, begitu pelan… Apa dikarenakan janin di dalam tubuh ini kembar, sehingga rasa sakitnya sungguh luar biasa… wallahu’alam bishowab…
Sesaat kulirik sesosok tubuh yang meringkuk melawan dingin malam dengan sehelai selimut tipis pemberian ibu saat pernikahan kami setahun yang lalu… dia baru saja terlelap , beberapa saat sebelum dera ini menerjang… mungkinkah waktunya telah tiba… haruskah kubangunkan dia yang begitu tak berdaya dalam kelelahan yang membelenggu raganya … Robbiy, kumohon kekuatan padaMu… kumohon berikan aku kesabaran…
Jarum jam bergerak dengan malasnya dan tak sedetik pun mata ini sanggup terpejam… rasa sakit ini telah melemahkan kakiku tuk beranjak menuju mihrab..hingga aku hanya sanggup terduduk lemas, seraya memeluk bantal yang telah kuyup oleh bening air mata yang tumpah basahi nya. Lelaki itu bergerak perlahan…kelopak matanya terangkat…
“ Astaghfirullah, Bunda… Bunda kenapa…?!?! “, lelaki itu langsung mendekat dan merangkul bahuku yang telah condong ke depan bertopang tangan yang mencengkeram kuat tepian ranjang….
“ Kita ke klinik sekarang…”, tegasnya, seraya cepat meraih ransel yang telah kupersiapkan isinya sejak sebulan yang lalu… namun sesaat setelah kulafaz basmallah sebelum hendak beranjak dalam rangkulannya,gelap… lemas…aku…
Hanya tersisa sayup suaranya meneriakkan namaku dengan nada panic yang ditahan sepenuh jiwa… bertahan Bunda… kuatkan Nahla… Nahla…lenyap semua… entah untuk berapa lama…
***
Putih, itu yang kudapati pertama kali kala membuka mata…
“ Nahla, oh Nak syukurlah… Faiz, istrimu siuman… “, suara ibu… Faiz segera datang mendekatiku.. “ maafkan Ayah terlambat membawa Bunda kesini… harusnya sore kemarin saat…”, aku meletakkan jariku dibibirnya… kugelengkan kepala perlahan seraya menghadiahinya senyum…
“ Ayah, Bunda udah enakan kok… “, tuturku jujur saat dua orang wanita berseragam putih masuk menghampiriku…aku kenal salah satunya, bu Anita Hanisa ,dokter spesialis obestetri ginekologiku.
“ Ibu, kami sudah cek, ternyata ibu baru pembukaan 2 sedangkan tekanan darah Ibu cenderung meningkat… kami khawatir gejala pre eklampsia ibu berkembang menjadi eklampsia, ibu tahu akibatnya bagi janin ibukan…”, serunya perlahan…
Aku tertegun sejenak… Robb, kau tahu betapa aku ingin melahirkan buah hati ini secara normal… bukankah aku layak…
“ kita akan melihat perkembangannya dalam beberapa jam berikut…sementara itu ibu terpaksa kami induksi…”, aku hanya sanggup tersenyum teringat akan kata-katanya beberapa pekan lalu… ‘ nahla jangan khawatir, jika empat syarat ini terpenuhi, maka ga ada cerita operasi. 1. Panggul baik, 2. Kepala janin masuk panggul, 3. Janin bisa kontraksi dan 4. Ibu bisa mengejan…insya Allah, Nahla harus optimis yah…’
“ Nahla, jangan khawatir dik… berdoalah semoga induksi ini dapat membantu…”, lembut suara dr. Anita menegarkanku… aku tersenyum, Sembilan bulan terakhir ini kurasakan uluran persahabatan yang manis dari dokter muda yang saat ini tengah memasangkan jarum infus di nadi kiriku. Tak seperti cerita teman-temanku tentang dokter kandungan pada umumnya, dr. Anita selalu meyakinkanku dapat melahirkan secara normal… entahlah, mungkin karena ia seorang wanita… ia tahu, betapa indah momen penuh pengalaman spiritual kala melahirkan yang penuh perjuangan hidup dan mati…
Lima belas menit sudah Ringer Laktat berpadu syntosinon telah mengalir dalam tubuhku…kontraksi pun kian sering seiring air langit yang tak kunjung usai tumpah basahi bumi dengan beningnya… Robbiy, tetaplah disisiku selalu… jangan tinggalkan aku… meski tak dapat kupungkiri, betapa penantian ini begitu melelahkan… namun aku tak boleh mengeluh, bukankah yang kunanti ini begitu indah… begitu kutunggu-tunggu…
Ibu meringkuk di sudut ruang observasi tempat aku menarik nafas berulang kali untuk meredam rasa sakit yang berkali – kali datang atas nama kontraksi. Faiz menatapku lembut, aku tahu lelahnya belum terbayar…kini berbagai perasaan kuyakin tengah menyergapnya…namun wajah itu… begitu rapi menyembunyikan segalanya… teduh tatap itu begitu sejuk menentramkan…
“ Bunda jangan khawatir, jangan fikirkan soal biaya atau apalah… konsentrasi saja pada persalinan oke…”, Hhh, dia tahu… aku tak ingin sectio karena nominal di buku tabungan kami hanya tertera 2juta, ada lebih sedikit, entah beberapa ribu dari bagi hasil yang diberikan Bank Syariah tempat kami menabung selama ini…
“ Bunda pasti bisa, Yah…Insya Allah…”, jawabku mantap… lelaki itu pun meraih mushafnya dan dengan lembut bertanya “ Bunda request surah apa…? “, ah Ayah… seraya mendengar tilawahnya tanpa sengaja aku teringat beberapa kejadian yang baru saja kuhadapi di kantor… beberapa produk yang sebetulnya adalah gagasanku, tapi diakui sebagai buah pemikiran Jono,atasanku tanpa sama sekali menyebutkan bahwa ada investasi pemikiranku di sana pada Pak Bastian, direktur utama perusahaan kami… bahkan dalam proyek penggarapannya, aku sama sekali tidak diikut sertakan… Apa mungkin kekesalanku pada situasi ini yang memicu naiknya tekanan darahku yang menjadi awal indikasi pre eklampsia ini. Kalau Faiz tahu aku memikirkan ini, dia pasti marah… dia sebetulnya tak suka aku bekerja, namun karena perekonomian kami belum baik, tak ada pilihan… dia merelakanku untuk tetap menggeluti pekejaanku pada sebuah production house lokal milik seorang teman almarhum Ayah yang mengajakku bergabung di perusahaannya . Sebetulnya aku sangat menyukai pekerjaan ini , selaras dengan hobi dan disiplin ilmuku di jurusan komunikasi, tapi iklim bekerja yang menyesakkan tak jarang membuatku uring-uringan sendiri. Faiz sendiri saat ini masih tercatat sebagai guru honor di SMA swasta dekat rumah kami, nyambi jari guru TPA di masjid komplek. Tapi selain itu tak jarang tulisan Faiz dimuat di media lokal maupun nasional yang hasilnya lumayan menutupi kebutuhan harian rumah tangga kami.
32 jam berlalu sejak rintihan pertamaku di tengah malam lalu.. pembukaan yang berjalan lamban tak urung merisaukan hatiku… ini pagi kedua aku terbaring diranjang rumah sakit bersalin tua ini. Jauh-jauh hari sebelum datang detik-detik menanti persalinan ini kami sebenarnya sudah merencanakan akan melahirkan di klinik saja, bahkan kalau bisa mauku cukup di rumah saja seperti ibuku dulu melahirkanku. Tapi karena ini kelahiran perdana dan aku mengidap pre eklampsia memasuki bulan kesembilan kehamilan, rasanya riskan juga.
Meski di rumah sakit, aku tetap bertekad melahirkan dengan bantuan bidan saja, atau kalau dokter ya dr. Anita, satu – satunya dokter kandungan wanita di kotaku. Dari awal , Faiz yang sangat protektif sudah wanti-wanti, jangan sampai aku dirawat oleh seorang laki-laki, dalam hal yang satu ini Faiz protect sekali…Suatu hari ada seorang teman lebih memilih dokter laki-laki dengan alasan lebih kuat, aku dan Faiz sampai sekarang belum mengerti, apa yang dimaksud dengan ‘lebih kuat’ itu ?, Insya Allah, kalaupun aku ditakdirkan menjalani sectio, aku yakin dr. Anita adalah yang terbaik yang Allah pilihkan untukku…
“ Permisi pak, kami mau memeriksa pembukaan jalan lahir Ibu Nahla…”, seorang bidan berusia paruh baya mendatangi ranjangku…
“ Ibu terlihat lebih tenang, apa sakitnya berkurang,Bu ? “, Tanya wanita berumur yang kutaksir berusia lebih dari 50 tahun itu.
“ Hm, tidak juga, tapi karena saya sudah terlalu lelah jadi yah…beginilah Bu… ”, jawabku sekenanya…
“ Oh, syukurlah…saya kira sakitnya berkurang… Bu Nahla,dalam proses persalinan, rasa sakit itulah yang dicari…semakin sakit berarti semakin dekat waktunya…”, papar bu Bidan yang pada nametag di jilbab putih bermotif polkadotnya kudapati nama Ira Humairah. Aku mangut – mangut… Subhanalloh… tak heran melahirkan disetarakan dengan jihad, dan kematiannya bernilai syahid… karena keduanya sama–sama menghadang maut…’ rasa sakit yang dicari’, begitukah… unbelievable, bukankah di saat bersamaan tak sedikit sosok ibu yang menghindari rasa sakit itu kala harus melahirkan… padahal di balik rasa sakit itu ada kemuliaan… ada selaksa cinta yang ditumbuhkan dan dikembangkan secara simultan… tapi kalo ada ibu yang rasa sakitnya ga datang-datang…? Mungkin memang belum waktunya melahirkan… sabar saja, bukankah memang biasanya prediksi kelahiran itu bisa maju dan juga bisa mundur, tapi jika sang ibu terlanjur panik dengan berbagai diagnosa, ya ga salah juga jika dokternya kemudian menyarankan untuk dioperasi saja, lhah anaknya toh juga sebenarnya sudah siap untuk dilahirkan sejak usia kandungan memasuki tujuh bulan…
“ Sabar ya Bu…saya cek dulu pembukaannya…”, Bidan Ira segera mengenakan sarung tangan plastik untuk mengukur lebar pembukaan dengan jari-jarinya…
“ sudah pembukaan berapa, Bu…”, kejarku saat ia menarik keluar jari jemarinya…
“ baru pembukaan empat bu…padahal sudah hampir 2 hari…”, jawabnya..
Tiba-tiba…” ups, kain ibu ketumpahan cairan ketuban… ketuban ibu sudah pecah… sudah berapa lama kain ibu basah ?, saya harus segera laporkan pada dr. Anita…”
“ oh, baru saja kok Bu, sewaktu Ibu datang tadi saya memang merasakan sesuatu…”, jawabku tergopoh…
“ sebentar saya telpon dr. Anita dulu ya Bu…” Bidan Ira segera meninggalkan kamarku… aku dan Faiz saling berpandangan…Ibu menggenggam tanganku…
“ setahu ibu, kalo ketuban sudah pecah artinya sudah tidak lama lagi…tapi pembukaannya kok lama sekali ya…”, ibu tampak bingung… namun tak lama kebingungan ibu dijawab dengan kedatangan Bidan Ira kembali…
“ Bu, karena ketuban sudah pecah…demi keselamatan janin maka waktu yang tersisa tinggal 8 jam untuk melahirkan janin ibu… kemungkinan yang muncul ibu terpaksa menjalani proses operasi, untuk penjelasan lebih lanjut dr. Anita akan menyampaikannya kepada Ibu saat ia datang nanti…”, meski bibir kupaksa menyungging senyum, namun tak dapat kuhindari terbitnya nelangsa di hati…
“ Ayah coba cari pinjaman pada Pak Tri, kepsek Ayah ya Bunda…”, tawar Ayah.
“ Bunda coba telpon Bang Raihan di Kuching, Yah…siapa tahu bisa kasih pinjaman, kita fifty-fifty saja… “ tawarku…
“ Ini kalung 10 gram dan cincin hadiah dari Almarhum Bapakmu dulu untuk Ibu , coba nak Faiz jual ke pasar, lumayan untuk tambahan kan…”, tawar Ibu…
Aku tercenung, beginikah akhirnya… nafas panjang kuhela, melepas sesak yang menggumpal di rongga jiwa…
Dr. Anita sendiri tak dapat menutupi kesedihannya… “ …dengan menyesal, Nahla… tapi insya Allah ini keputusan terbaik saat ini…kamu puasa dulu ya, jam 2 siang ini operasinya…saya sudah minta suamimu mengurusi administrasinya di kantor depan…”, selanjutnya dr. Anita memintaku untuk menenangkan fikiran, khawatir keputusan ini memicu eklampsia yang dapat mendesak beliau mengambil tindakan operasi lebih dini…
Pukul 11.00 siang, di bawah rintik hujan dr. Anita mohon diri untuk kembali sebelum memasuki waktu operasi siang menjelang sore nanti. Ibu juga memilih untuk di antar pulang saja dulu oleh Faiz yang telah bersiap-siap akan sholat dzuhur di masjid.
Aku sendiri…ditemani rasa sakit yang terus menerus berselang jeda yang kurang dari dua menit. Istighfar Nahla… istighfar yang banyak… lapangkan dada Nahla, berbesar hatilah menghadapi berbagai realita yang ada… ruang ini lengang, menyisakan aku yang berjuang menahan rasa sakit seraya diam-diam menghisab diriku sendiri dalam hati… byur, seketika darah menyembur… aku menahan untuk tidak mengejan, karena mereka bilang pembukaanku belum mencapai sepuluh… tapi berulang kembali, aku tak sanggup menahan desakan dari dalam diriku yang menerjang menyemburkan darah segar…
“ To…tolong…”, rintihku… sekali.. dua kali… seorang bidan tua bertubuh mungil bergerak cekatan menghampiriku… tatapan teduhnya menenangkan jiwaku...
“ Bu, tolong dicek kembali… sungguh saya tidak bermaksud mengejan, tapi dari tadi dorongan itu begitu kuat, Bu…”, aduku padanya… dia tersenyum seraya menyiapkan peralatan standar untuk mengecek jalan lahir calon bayi-bayiku..
“ Subhanallah Bu, sudah pembukaan 10… rambut bayi Ibu sudah kelihatan…”, serunya… dadaku berdegub kencang, Robbiy, inikah saatnya…
“ Ibu siap…? “, tanyanya
“ Insya Allah…”, jawabku mantap dengan suara bergetar… ya Robb, beri aku kekuatan…
Sendiri dia menuntunku menjalani proses persalinan, yang Alhamdulillah lancar… bahkan tanpa rasa sakit… Subhanallah, setitik cairan bening meluncur basahi wajahku…satu persatu bayi kembarku terlahir…dua bayi perempuan yang begitu cantik, memecah keheningan dengan tangis mereka yang membahana penuhi ruang… tak putus tahmid terlafaz dari bibirku… Robb, segala puji hanya bagiMu… meski berbalut atmosphere syukur tak urung tubuhku lemas juga…selepas segala proses pengangkatan selesai dilakukan dan segelas air putih tuntas kuteguk, kucoba pejamkan mata ini perlahan…berbagai warna hiasi sudut hatiku, berjuta rasa wujudkan ekspresi syukur yang mendalam…meski masih menyisakan kekhawatiran akan biaya persalinan yang masih begitu kabur, mengingat banyaknya perlakuan dan tindakan yang diambil dalam rangka persiapan operasi section caesaria yang ternyata batal total dengan kelahiran dua putriku pada pukul 12.30 siang tadi… kun faa yakuun, tak ada yang sanggup mencegah jika Allah telah berkehendak…langit pun cerah seketika, butiran air yang diterpa sinar melukis jembatan pelangi di kaki langit …
Sepasang mata Faiz berkaca, ada lukisan syukur terpancar di sana… sejenak kami sama-sama terdiam, menikmati kebahagiaan ini dalam-dalam tanpa kata yang memang tak cukup mampu merangkai nama jutaan rasa yang membuncah di lubuk hati.
“ Bunda kapok ? “, Tanya ayah seraya pasang tampang menggoda…
Aku menggeleng cepat… “ nggak tuh… siap-siap aja taon depan…”, balasku balik menggoda… “ hah…! “, si Ayah kaget, matanya digedein… aku nyengir…
“ Becanda Ayah…tapi kalo dikasi lagi ya disyukuri saja…”, giliran si Ayah yang nyengir…

“ putri kita kembar lho, Bunda… semoga kita bisa selalu memberikan yang terbaik untuk mereka yah…dan diberi kekuatan untuk membesarkan keduanya dengan penuh tanggung jawab…“,mata Ayah menerawang… aku bisa mendengar gemuruh di dada itu…
Keesokan harinya usai bertemu dr. Anita yang mengucapkan selamat atas kelahiran dua putriku yang cantik, aku masih menanti Faiz menyelesaikan segala urusan administrasi dan bermacam biaya sebelum meninggalkan rumah sakit bersalin siang ini.
“ Berapa Yah… “, kejarku… wajah ibu tampak tegang seraya mendekap Pelangi lebih erat , aku sendiri tak sanggup menutupi rasa penasaranku… Faiz hanya nyengir seraya memperlihatkan kuitansi beserta rincian pembayaran pada kami… mataku menyapu bersih informasi nominal – nominal yang tertera pada sehelai kertas berwarna dasar biru itu…
“ Ayah kapok…? “, tanyaku hati-hati pada lelaki terkasih itu… Dengan cepat ia menggeleng…
“ Meski untuk aqiqahnya terpaksa dipending dulu sementara hutang – hutang kita selesai dilunasi…” tuturnya pelan… Ayah menarik nafas panjang…mata kami bertemu di satu titik… aku menunduk… dadaku berdegup saat jemariku dia raih…
“ Bunda catat ya…Berapa pun biaya yang harus Ayah kumpulkan untuk biaya persalinan Bunda dan membesarkan anak-anak kita, Ayah janji akan berusaha sekuat tenaga mengupayakannya…demi menjemput anugerah terindah dari Allah…investasi dunia akhirat kita … “, ujarnya mantap seraya mengambil alih adik Pelangi (yang belum kami beri nama) dari dalam pelukanku…Ah, Ayah… Aku tertunduk lagi, bibirku menyimpul senyum demi mendengar jawaban tegas yang meluncur dari lisannya…dua jempol kuangkat untuknya , sesaat mata ini pun kembali berkaca-kaca luapkan kesyukuran…” Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ? “ *


Footnote ;
1. QS. Ar Rahmaan : Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?
2. Sectio Caesaria : adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991)
3. Pre-eklampsia: merupakan penyakit hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan, yang ditandai dengan hipertensi, edema dan proteinuri masif setelah minggu ke 20 dan jika disertai kejang disebut eklampsia.
4. Eklampsia : merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang dimunculkan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma, sebab eklampsia belum diketahui pasti, namun salah satu teori mengemukakan bahwa eklampsia disebabkan ischaemia rahim dan plasenta.
Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman, diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8% - 25,5% sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni 42,2%-48,9%
5. Perempuan yang meninggal karena melahirkan termasuk syahid. Ini berdasarkan hadits yang diberitakan dari Ubadah ibnush Shamit radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menjenguk Abdullah bin Rawahah yang tidak bisa beranjak dari pembaringannya, kemudian beliau bertanya :
"Tahukah kalian siapa syuhada dari ummatku? orang-orang yang ada menjawab:Muslim yang mati terbunuh" beliau bersabda:Kalau hanya itu para syuhada dari ummatku hanya sedikit. Muslim yang mati terbunuh adalah syahid, dan mati karena penyakit kolera adalah syahid, begitu pula perempuan yang mati karena bersalin adalah syahid (anaknya yang akan menariknya dengan tali pusarnya kesurga)"(HR. Ahmad, Darimi, dan ath-Thayalusi) menurut Imam Ahmad ada periwayatan seperti itu melalui jalur sanad lain dalam Musnad-nya.
Dari Jabir bin Atik secara marfu':
"Para syuhada ada 7: mati terbunuh dijalan Allah, karena penyakit kolera adalah syahid,mati tenggelam adalah syahid,karena busung lapar adalah syahid, karena penyakit perut keracunan adalah syahid,karena terbakar adalah syahid, dan yang mati karena tertimpa reruntuhan(bangunan atau tanah longsor) adalah syahid, serta wanita yang mati pada saat mengandung adalah syahid"(HR. Imam Malik, Abu Daud, An-Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad)


read more...

Eclipse


Judul Buku : Eclipse (Gerhana)
Penulis: Stephenie Meyer
Penerjemah: Monica Dwi Chresnayani
Penyunting: Rosi L. Simamora
Tebal: 688 hlm; 13,5 X 20 cm
Terbit: Cetakan 1, September 2008
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
DUA CINTA
Konon, pada suatu malam di bulan Juni 2003, Stephenie Meyer bermimpi. Dalam mimpinya, seorang gadis bercakap-cakap dengan seorang pemuda berkilauan di padang rumput penuh sinar matahari. Mereka saling jatuh cinta dan sang pemuda yang adalah seorang vampir mendambakan darah si gadis. Benar tidaknya mimpi ini, hanya Stephenie Meyer yang tahu! Konon lagi, begitu kuatnya mimpi itu hingga mendorong Stephenie Meyer, yang belum pernah menulis, memutuskan untuk menjadi pengarang. Maka lahirlah Twilight yang kemudian menjadi judul perdana Twilight Saga. Novel pertama itu sukses dan dibuntuti sekuelnya, New Moon dan Eclipse (terakhir Breaking Dawn). Kabarnya, 3 judul pertama seri ini telah terjual lebih dari 5,3 juta kopi di Amerika saja.
Eclipse (Gerhana) diterbitkan Agustus 2007 dan dalam waktu 24 jam setelah diluncurkan, telah terjual 150 ribu kopi. Kisah dalam novel yang masuk dalam daftar bestseller New York Times ini berawal pada saat-saat terakhir Bella dan Edward sebagai siswa SMA Forks. Mereka akan segera lulus dan menjadi mahasiswa. Tetapi, meski diterima di universitas ternama, mereka memilih University of Alaska Southeast. Alaska menjadi tujuan mereka, karena sesuai perjanjian Bella dengan Edward, tidak lama lagi Bella akan menjadi vampir. Negara bagian itu bisa menjadi lokasi yang tepat untuk ditinggali, jauh dari orangtua Bella dan udaranya cocok dengan tubuh vampir.
Pada saat yang sama serangkaian pembunuhan misterius terjadi di Seattle. Menurut Edward, pembunuhan-pembunuhan tersebut terjadi akibat perbuatan kaumnya. Ada indikasi eksistensi vampir yang baru lahir berkeliaran di Seattle. Seandainya terjadi di tempat lain yang jauh, peristiwa ini tidak akan menjadi persoalan bagi Edward dan keluarga Cullen. Tetapi Seattle tidak jauh dari Forks dan sudah bisa diperkirakan bencana sedang menuju Forks. Siapa lagi yang menjadi sasaran, kalau bukan Bella, si ‘danger magnet’.
Sebagai tindakan berjaga-jaga, Edward mendorong Bella mengunjungi ibunya di Florida. Ternyata, ketika mereka pergi, Victoria muncul di Forks. Ia datang untuk membalas dendam atas kematian James (pada buku pertama). Vampir berambut jingga ini nyaris tertangkap jika tidak terjadi konflik antarab vampir dan werewolf (manusia serigala) yang sama-sama menyerang Victoria.
Kekhawatiran Edward menggeliat ketika mencium kehadiran vampir yang tidak dikenal di dalam kamar Bella. Bella perlu dilindungi. Tetapi perlu tenaga lebih untuk mengatasi para vampir baru itu. Keluarga Cullen membutuhkan bantuan dan tidak ada vampire yang sudi membantu. Tidak ada jalan lain, mereka mesti bekerja sama dengan manusia serigala. Pada saat itu, Bella telah kembali menjalin pertemanan dengan Jacob Black (Jake), yang dengan terus terang, menyatakan cintanya.
Maka, tak pelak lagi, pertarungan Keluarga Cullen dan manusia serigala melawan para vampir baru terjadi juga. Bella telah meminta agar Edward tidak terlibat dalam pertarungan tersebut. Meski demikian, Bella tidak bisa mencegah usaha keras Victoria dan vampir ciptaannya menerobos lokasi persembunyian.
Pembaca dengan mudah akan mengetahui akhir novel ini tanpa berpikir lama-lama, nasib Bella dan kisah cintanya yang nyaris bercabang. Memang ada bagian yang tak terduga, tetapi tidak memiliki efek yang membuat novel ini semakin bersinar. Seperti dua novel sebelumnya, Eclipse ditulis dengan alur yang gemulai. Aroma cinta remajanya kental sekali, manis dan cenderung membosankan. Tidak ada hal baru dalam gaya penulisan.
Mungkin yang menarik diikuti adalah beberapa cerita yang ditambahkan Meyer untuk menebalkan novel. Kisah hidup Rosalie dan Jasper serta kisah pejuang roh leluhur Suku Quileute seakan-akan menjadi pengusir kebosanan pada cerita kecemburuan Edward dan Jacob.
Ada satu istilah yang diperkenalkan Meyer dalam novel ini, Imprint. Imprint adalah respons tanpa sadar atau di luar kemauan yang dialami werewolf ketika bertemu dengan belahan jiwanya. Sam dan Quil, teman-teman Jake telah mengalami hal itu, dan salah satunya meng-imprint seorang balita. Meskipun merasa mencintai Bella, dalam novel ini Jake belum mengalami peristiwa itu. Anda harus membaca Breaking Dawn untuk mengetahui siapa yang di-imprint Jake.
Untuk pembaca novel yang masih remaja, salah satu kelakuan Bella yang liar tentu saja tidak bisa dijadikan contoh berperilaku. Bella (masih 18 tahun) dan Edward sudah bersepakat jika Bella akan divampirkan setelah lulus SMA. Edward akan menggigitnya begitu mereka terikat pernikahan. Keputusan ini membuat Bella ‘*****’ . Ia mendesak Edward untuk bercinta dengannya, sebagai kenangan terakhirnya sebagai manusia yang tidak abadi. Untunglah, Edward tidak termakan rayuannya dan bersikeras hal itu hanya boleh terjadi setelah mereka menikah. Menurut saya, ini menjadi bagian yang tidak penting dan tidak perlu ada dalam novel.
Konon, gambar sampul edisi bahasa Inggris yang menampakkan pita merah sobek menggambarkan pilihan, ketika Bella terbelah antara cintanya kepada Edward, sang vampir, dan Jake, si werewolf. Terkesan hebat maknanya, namun potensial membingungkan. Jadi, saya lebih suka gambar sampul edisi Indonesia.
Apa pun ‘rasa’ buku ketiga Twilight Saga ini, saya yakin, para pemujanya tidak akan melewatkan novel pamungkas tetralogi ini, Breaking Dawn.

read more...

ingat kamu nak...

wajahnya seindah wajahmu nak...
begitu polos, tanpa dosa...
di wajahnya terukir senyum...
senyum abadi nak, karena setelah ini tak kan terdengar lagi isak tangis ketakutannya...
dia kan tersenyum selama-lamanya...

karena kini dia telah berada di tempat terbaik...
di sisi Allah, yang begitu menyayanginya...

menatapnya, mengingatkanku akan dirimu nak...
akankah kembalimu nanti menghadap_Nya kan seagung mereka yang saat ini diliputi debu dan noda darah...
jangan biarkan mereka mati sia-sia nak...
karena kita yang saat ini masih bisa bernafas dengan enteng abaikan amanah begitu saja...
karena kita selalu mengira, mati itu agenda terakhir yang 'kalau sempat' kan kita catat di dalam buku harian kita suatu hari nanti...dan itupun 'jika ingat'...

tataplah tubuh mungil itu anakku...
tak seberapa besar dibanding tubuhmu saat ini cinta...
yang sedang sibuk belajar miring dan tengkurap di ranjang empuk kita...
nak,jangan buang sedetikpun kesempatan tuk jadikan harimu menjadi penuh makna...
selama nyawa masih dikandung raga... jangan pernah mundur satu langkahpun ke belakang...
jangan pernah berhenti berproses untuk jadi yang terbaik di sisi Allah...

kita manusia... makhluk terbaik ciptaan Allah...
dengan segala keindahan dan kekuatan yang kita miliki...buktikan nak, kita layak jadi khalifah di muka bumi ini...

Tegakkan langkahmu menapak di jalan cahayaNya nak...
Lantangkan suaramu menggemakan keadilan hingga ke dasar samudera dan biru langit di angkasa raya...
hapus air mata itu lelakiku... cukuplah dihadapan Allah saja kau tumpahkan... cukuplah dalam kesendirian dia mengalir, menganak sungai bersihkan noda-noda gelap yang kusamkan bening hatimu cinta...

wajahnya seindah wajahmu nak...
semoga wajah - wajah indah kalian Allah ridhoi hiasi pemandangan syurga Ayah Bunda...
hiasi singgasana syurga para syahid syuhada...
tersenyumlah cinta... berjanjilah hidup matimu tak kan berlalu sia-sia...







read more...

New Moon





Judul : New Moon (Dua Cinta)
Penulis: Stephenie Meyer
Penerjemah: Monica Dwi Chresnayani
Penyunting: Rosi L. Simamora
Terbit: Cetakan I, Juni 2008
Tebal: 600 hlm; 13,5 X 20 cm
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama



"DARAHMU MENYANYI UNTUKKU...."


Setelah mengenal Edward, tanggal 13 September menjadi hal menggundahkan bagi Isabella Marie Swan. Setiap tanggal itu, Bella akan bertambah usia, sedangkan Edward, si manusia abadi, tidak beranjak dari usianya, 17 tahun. Pada ulang tahun ke-18, Bella menyadari dia menjadi lebih tua dari Edward. Karenanya, Bella tidak ingin merayakan ulang tahunnya. Hanya satu yang ia inginkan, Edward mengabulkan keinginannya, mengubahnya menjadi vampir.

Tetapi, oleh bujukan Edward, Bella mau merayakan ulang tahunnya di rumah keluarga Edward, Keluarga Cullen. Seolah-olah hendak memperkuat citra Bella sebagai 'danger magnet' (magnet yang menarik bahaya), sebuah insiden terjadi membuat Bella terluka. Seketika naluri asli keluarga Cullen bagai dirangsang. Selama ini, mereka telah bertahan hidup dengan melakukan 'diet' darah manusia. Melihat darah Bella menetes, mereka nyaris kalap. Jasper yang paling terangsang dan beringas membuat Edward harus mati-matian menyelamatkan Bella.Insiden itu membuat Bella memahami kenapa Edward tidak mau mengabulkan keinginannya menjadi vampir. Seperti Carlisle, ayah angkat Edward, Edward ternyata percaya adanya Tuhan dan neraka. Edward percaya ada kehidupan setelah kematian. Dia juga percaya dia tidak akan mengalaminya. Sebagai vampir, Edward adalah makhluk terkutuk. Surga hanyalah impian yang tidak akan pernah menjadi nyata. Hingga, saking cintanya pada Bella, Edward tidak ingin membuat hidup Bella menjadi terkutuk seperti dirinya.
Insiden itu juga berujung pada kehancuran hati Bella. Keluarga Cullen, juga Edward,
memutuskan meninggalkan Forks dan pindah ke Los Angeles. Padahal, di mana lagi tempat
terbaik bagi keluarga Cullen untuk hidup dengan sedikit lebih wajar? Forks, kota dengan
curah hujan tertinggi di dunia adalah satu-satunya tempat terbaik bagi keluarga vampir ini.
Kondisi basah kota ini membuat mereka bisa berada di luar rumah tanpa takut rahasia mereka
terbongkar. Maka, setelah kepergian Edward, Bella melihat kegelapan menyelimuti hidupnya.
Baginya, telah tiba fase bulan baru (new moon) yang berarti hidup dalam kegelapan.
Empat bulan hidup dalam depresi bagaikan zombi, Bella melihat, ternyata, waktu terus
bergulir tidak mengacuhkan kemeranaannya. Kendati sudah punya pekerjaan, pekerjaan itu tidak bisa menangggulangi kesedihannya. Edward tidak mungkin akan kembali. Hanya suara indah selembut beledunya yang mendatangi Bella ketika secara magnetis Bella berhubungan dengan bahaya.

Charlie Swan, ayah Bella, tidak dapat menerima berantakannya hidup Bella. Dia bermaksud
mengirim putrinya ke Jacksonville (Florida), untuk tinggal dengan mantan istrinya dan
suaminya. Tetapi, Bella tidak ingin meninggalkan Forks. Sekalipun setiap malam, di Forks,
tidur Bella dikuasai mimpi buruk.

Dari pekerjaan memperbaiki sepeda-sepeda motor rongsokan karatan yang diperoleh Bella hingga latihan menungganginya, Bella menjadi akrab dengan Jacob Black yang berusia 16 tahun. Bagaikan obat, Jacob membuat episode bulan baru dalam hidup Bella mulai bergeser. Dia membuat Bella tertawa. Dia ada manakala Bella membutuhkannya. Sayang, walaupun Jacob mulai tampak terpikat olehnya, Bella tetap tidak bisa melupakan Edward. Bella masih mencintai Edward.
Suatu hari Jacob menghilang, tidak ingin bertemu Bella. Dan pada saat bersamaan, di Forks,
beredar kabar munculnya binatang hitam raksasa yang diduga sebagai beruang. Kemunculan
binatang ini disusul dengan menghilangnya beberapa orang. Secara mengejutkan, Bella
mengetahui apa yang sedang terjadi. Apa yang terjadi pada sahabatnya sebagai bagian dari
suku Quileute dan siapa yang menjadi penyebab hilangnya orang-orang di Forks. Kemudian,
tidak dapat dihindarkan lagi, hidupnya kembali bersinggungan dengan hidup Edward dan dunia vampir yang memang tidak dapat ia lupakan.

New Moon adalah sekuel Twilight dan buku kedua dari Twilight Saga karya Stephenie Meyer,
pendiri The Young Authors Foundation (penerbit majalah bulanan TeenInk). Terbit pertama kali pada September 2006, New Moon sempat mencapai posisi nomor satu di daftar bestseller New York Times. Judul New Moon atau Bulan Baru mengacu pada fase tergelap dalam siklus bulan (new moon-full moon-new moon) yang merefleksikan fase tergelap dalam kehidupan Bella setelah ditinggal pergi Edward.

Dari segi penulisan, New Moon memiliki gaya penulisan yang persis sama dengan Twilight.
Alurnya lambat, terlalu gemulai, persis seperti air sungai yang mengalir lambat, begitu lama
mencapai jeram. Ketika tiba pada jeram yang diharapkan, efeknya tidak cukup menghenyak.
Mungkin, karena isi utama novel ini adalah drama romantis remaja, oleh penulis, ketegangan
tidak dijadikan bagian yang menonjol. Padahal, ada peluang yang cukup potensial untuk lebih
menggedor perasaan pembaca.
Bagi yang belum pernah merasakan pedihnya ditinggalkan seorang kekasih atau orang yang
disayangi memang akan kurang bisa memahami perasaan Bella. Karenanya, bisa saja menganggap kesedihan Bella yang berlarut merupakan sesuatu yang berlebihan dan menjemukan. Tetapi jika pembaca pernah mengalami hal yang sama dengan Bella, akan lebih mudah untuk membaca kisah sedih Bella, akan lebih tergerak untuk menggerogoti plot yang bergerak lambat, akan lebih enteng menyelesaikan keseluruhan buku. Meskipun harus diakui, gaya beralur lambat yang terus-menerus diterapkan dalam novel serial akan membahayakan nasib novel-novel selanjutnya.
Untuk mengatasi kekosongan karakter remaja lelaki yang menarik setelah Edward pupus di
bagian-bagian awal novel, Stephenie Meyer memutuskan mengangkat Jacob Black, karakter yang hanya mendapatkan porsi penceritaan yang kecil dalam buku terdahulu, Twilight. Hanya, karena tidak ada perasaan yang setara di antara keduanya, kisah Bella dan Jacob tidak cukup kuat membuat pembaca penasaran. Dengan absennya Edward dari halaman-halaman buku, tegangan seksual masa remaja yang sangat kentara dalam Twilight, seolah-olah bersembunyi bersama kepergian Edward.

Selain Forks, dalam New Moon, Stephenie Meyer juga menggunakan seting Italia, tepatnya
Volterra, sebuah kota di Tuscany (Pisa), untuk menuntaskan konflik novel. Oleh Stephenie
Meyer, Volterra dijadikan tempat kediaman Volturi, keluarga bangsawan vampir yang telah
menguasai kota selama 3000 tahun sejak zaman Etruria. Menggunakan sebuah bangunan kuno yang indah, kelompok vampir ini memancing para turis untuk menemui ajal. Di sinilah Edward datang setelah mendengar kabar meninggalnya Bella karena bunuh diri. Bak Romeo, Edward memutuskan hendak menghabisi dirinya karena tidak bisa terus eksis bila Bella dijemput ajal. Di sini juga Bella mengetahui bahwa dengan aroma seperti yang ia miliki, darahnya menyanyi untuk Edward, la tua catante.
Sebagaimana Twilight, New Moon juga termasuk Young Adults (YA) Books (yang di Indonesia masuk kategori buku remaja) yang menawarkan cinta remaja kepada pembacanya. Jadi, menurut saya, untuk bisa menikmati novel ini, pembaca harus benar-benar memosisikannya sebagai novel cinta remaja sehingga tidak mengharapkan sesuatu yang tidak bisa ditawarkan novel ini. Terbukti, saya hanya memerlukan 2 hari untuk melahap habis isi novel ini.

Setelah membaca Twilight, rasanya tidak lengkap jika tidak membaca seri ke-2 ini. Tidak ada
pembaca yang telah menikmati Twilight, tidak rindu mengetahui perkembangan yang terjadi pada cinta Bella dan Edward. Saat ini untuk edisi asli (bahasa Inggris), telah terbit hingga buku
ke-4, dan masih belum ditamatkan. Kesuksesan buku serial terkadang bisa membuat penulisnya tidak rela segera menyudahinya. Bukan sekedar karena buku serial bisa terus membengkakkan pundi-pundi uangnya, tetapi juga kerap penulisnya merasa sayang untuk meninggalkan tokoh-tokoh rekaannya. Jadi tugas Stephenie Meyer, jika masih akan melanjutkan Twilight Saga, untuk memperhitungkan sebaik-baiknya bagaimana melanjutkan ceritanya agar tidak memangkas minat pembaca. Tidak mustahil, lama kelamaan, pembaca akan jemu membacanya jika ceritanya begitu-begitu saja Twilight Saga memang memiliki pengikat untuk semua judul yaitu kisah cinta Bella dan Edward yang belum ketahuan akhirnya. Tetapi, Twilight Saga bukanlah serial fantasi seperti Harry Potter yang setiap judulnya menyediakan kisah memikat dengan konflik-konflik yang diracik baik dan penuh perhitungan.Pertanyaan banyak tak tercegah memenuhi benak saya. Sampai kapan Stephenie Meyer akan menyerah dan memberikan ketegasan pada konflik cinta yang ada dalam serialnya ini? Sampai kapan Edward akan bertahan untuk tidak menancapkan giginya di tubuh Bella? Atau, jika Bella akhirnya menyayangkan hidupnya sebagai manusia, kapan Bella akhirnya memahami dengan cerdas perasaan dan pikiran Edward? Jika untuk itu Stephenie Meyer membutuhkan jalan yang panjang (dalam arti jumlah buku yang lebih banyak), sampai kapan juga para pembaca akan bertahan untuk terus membacanya?

Dibandingkan dengan sampul Twilight edisi Indonesia, saya lebih suka dengan sampul buku
kedua terbitan Gramedia ini. Komposisi warna dan makna yang disiratkan sampul ini cukup
mewakili isi novel. Demikian juga bila dibandingkan dengan sampul asli berupa sekuntum bunga putih semburat merah darah yang entah apa hubungannya dengan isi novel.
Bagaimanakah nasib cinta Bella dan Edward? Bagaimana pula dendam atas kehilangan James yang belum bisa dituntaskan Victoria, sang kekasih, kepada Edward dan Bella? Tak sabar rasanya membaca seri ketiga novel ini, Eclipse.


jodypojoh.blogdrive.com


read more...

Twilight

Judul Buku: Twilight
Penulis: Stephenie Meyer (2005)
Penerjemah: Lily Devita Sari
Editor: Rosi L. Simamora
Tebal: 520 hlm; 13,5 X 20 cm
Terbit: Cetakan 1, Maret 2008
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama


AROMA BUNGA CINTA TERLARANG

Pada usia 17 tahun, Isabella Swan, meninggalkan Phoenix (Arizona), kota terbesar kelima di USA, menuju Forks, kota kecil di Semenanjung Olympic, barat laut Washington. Sebagai remaja yang tumbuh di kota berjuluk 'Valley of the
Sun' (Lembah Matahari), tinggal di Forks, kota dengan frekwensi hujan lebih sering dibanding tempat lain di Amerika Serikat, bukanlah hal menyenangkan. Keputusan Bella untuk tinggal dengan ayahnya, Charlie Swan, kepala polisi Forks, semata-mata karena tidak ingin mengusik kebahagiaan Renée, ibunya. Sang ibu baru menikah lagi dengan Phil, seorang pemain bola dari liga kecil, setelah cerai dari ayahnya.

Bella sadar penampilan dirinya sama sekali tidak mencerminkan seorang dari Lembah Matahari. Dia tidak berkulit cokelat, tidak sporty, tidak pirang dengan kemampuan main voli atau pemandu sorak, dan tidak memiliki kemampuan koordinasi antara tangan dan mata untuk berolahraga dengan baik. Sebagai siswa ke-358 di SMA Forks, Bella tahu dia akan menjadi siswa baru nan aneh yang mengundang penasaran.

Tetapi Bella tidak sadar, ia memiliki aroma, aroma bebungaan yang menggiurkan. Aroma yang membuat Edward Cullen, seorang siswa SMA Forks, tidak dapat me
ngabaikan kehadirannya. Padahal, santer beredar kabar, Edward tidak berkencan, seolah-olah tidak ada cewek di Forks yang cukup jelita baginya.

Edward Cullen adalah cowok 17 tahun yang luar biasa tampan. Dengan tubuh indah, rambut perunggu, kulit sehalus satin, mata yang kerap berubah warna, dan suara bernada rendah selembut beledu, Edward menjadi pesona yang tidak dapat Bella tolak.

Hanya, Edward bukan manusia. Seperti keluarganya yang lain yang berperawakan indah dan berwajah rupawan –dr. Carlisle Cullen, Esme, Emmet, Alice, dan si kembar Rosalie dan Jasper Hale, Edward adalah vampir. Pada usia 17 tahun, Edward kelahiran Chicago 1901, menjadi vampir, dan selama eksistensinya, dia akan tetap berusia 17 tahun.

Awalnya, Edward berniat menjauhi Bella. Namun, setelah mencoba, dia gagal. Bahkan dia menjadi terobsesi dengan kehidupan Bella. Ketika Bella nyaris disergap maut, Edward bertindak bak pahlawan super. Tindakan yang semakin menjerat Bella ke dalam pesona Edward dan berbuntut menyusupnya Edward ke dalam mimpi Bella.

Edwad sadar Bella mencintainya seperti dia mencintai Bella. Tetapi Edward juga sadar bersama dirinya, Bella menjadi dekat dengan bahaya. Mencintainya berarti membuat Bella menjadi 'danger magnet'. Dan mencintai Bella juga berarti terus mengawasi Bella di setiap kegiatannya. Malah, kalau bisa, membaca pikiran Bella supaya gadis ini tidak bertindak gegabah. Yang sayangnya tidak dapat dilakukan Edward. Karena meski memiliki kemampuan membaca pikiran orang, Edward tidak dapat membaca pikiran Bella.

Mengetahui jati diri Edward
sebagai vampir tidak mengenyahkan perasaan cinta Bella. Kendati maklum ada sebagian diri Edward yang dahaga akan darahnya, Bella tetap mencintai Edward, tanpa syarat. Hal ini tentu saja membahagiakan Edward. Namun, dia sadar cintanya pada Bella tak ubahnya cinta singa masokistik kepada domba bodoh; mencintai dengan menyakiti diri sendiri, karena dengan cintanya dia tidak bisa menyunting Bella yang begitu menggairahkannya. Bahkan, dia berpendapat, membiarkan dirinya berduaan dengan Bella adalah sebuah kesalahan, kesalahan yang acap dilakukan klan vampirnya. Memang, seperti keluarga Cullen, Edward tidak minum darah manusia; ia telah lama berpantang darah manusia. Untuk melegakan rasa hausnya, Edward memilih darah singa gunung guna memenuhi kebutuhannya. Tetapi, Bella begitu menggoda, aromanya begitu kuat merasuk dalam diri Edward. Edward khawatir suatu saat dia tidak dapat menahan diri untuk menancapkan gigi di leher Bella dan menjadikan gadis kesayangannya ini makhluk terkutuk seperti dirinya.

Hingga akhirnya, tiga vampir lain (Laurent, James, dan Victoria) singgah di Forks dalam perkelanaan mereka. Ketiganya bukanlah vampir seperti keluarga Cullen. Mereka adalah vampir pemburu yang memuaskan kebutuhan darahnya dengan membunuh manusia. Ya, Bella bukan satu-satunya manusia di Forks, tetapi aromanya yang lezat, aromanya yang menggiurkan berhasil mengusik James. Kemungkinan meneguk darah Bella menjadi petualangan yang menantang bagi James.

Maka, Bella harus diselamatkan. Hanya keluarga C
ullen yang sanggup menyelamatkan Bella, mengaburkan aromanya dan membawanya pergi dari mara bahaya.

Tak pelak lagi, dengan jalinan cerita seperti itu, Twilig
ht hadir sebagai novel dengan romansa percintaan yang kental. Percintaan Bella yang tergila-gila pada Edward dan Edward yang terombang-ambing di tengah jerat aroma Bella digambarkan penuh perasaan. Keseluruhannya terkesan lembut dengan kecenderungan cengeng. Terasa juga percikan tegangan seksual di antara keduanya, tetapi tidak sampai menjadi kasar dan hadir sebagai adegan dewasa. Apalagi, Twilight memang ditujukan kepada segmen pembaca remaja. Dialog-dialog di antara Edward dan Bella terasa sangat hidup dan bisa dikatakan menjadi salah satu kekuatan novel ini. Sentuhan mitos (vampir atau werewolf) yang seolah-olah hendak mengimbuhkan nuansa horor tidak cukup kuat buat mengisbatkan novel ini sebagai novel fantasi atau horor. Membaca Twilight sama sekali tidak ada rasa horor membayangkan apakah Edward akan menancapkan giginya di leher Bella atau tidak. Edward terlalu baik hati, romantis, penuh kesadaran dan kontrol, penuh cinta, vampir dengan jejak-jejak kemanusiaan. Unsur saspens coba disusupkan dalam bagian-bagian akhir novel tetapi tidak cukup menggetarkan dan menegangkan karena tidak maksimal. Novel dibuka dengan janji adegan menarik dalam plot novel –ketika Bella berhadapan dengan sang pemburu. Sayangnya, ketika membaca 'janji' itu tepat pada plotnya, tidak ada daya gedor yang mengguncang, nyaris datar mengecewakan.

Ide percintaan dalam novel ini memang terbilang unik. Sebuah novel remaja, jika terus menyodorkan cerita cinta remaja biasa, apalagi tidak digarap maksimal, akan terasa menjemukan. Karenanya, Stephenie Meyer, penulis Twilight, menghadirkan mitologi, menghidupkan vampir dalam rangka mengkreasi percintaan yang tidak biasa dengan manusia, sebuah percintaan terlarang (meskipun bukan yang pertama kali dalam sejara
h fiksi dunia). Alhasil, novel ini terkesan fenomenal. Cuma, jika mengharapkan liukan plot berpilin, pembaca akan kecewa. Tidak ada yang baru dan istimewa dalam plot super gemulai garapan penulis yang juga telah menulis novel sci-fi dewasa bertajuk The Host (2008) ini. Bahkan, penceritaan kisah cinta Bella dan remaja vampir Edward terkesan berlebihan karena memakan halaman terbanyak tanpa konflik berarti di dalamnya kecuali tarik-ulur perasaan keduanya. Jadi, jika pembaca mengharapkan yang sangat luar biasa dari Twilight karena mengetahui popularitasnya sebagai bacaan remaja, bersiaplah kecewa.


Dalam novel ini, Stephenie Meyer mencoba membuat versi vampir mutakhir. Dikisahkan jika vampir, yang disebut berdarah dingin oleh Jacob Black (putra Billy Black, salah satu tetua suku Quileute di La Push), adalah musuh utama serigala jadi-jadian (werewolf) yang menurut legenda adalah nenek moyang Jacob. Para vampir protagonis membuat perjanjian dengan kakek buyut Jacob untuk menghindari pertikaian.

Tetap sebagai manusia abadi, vampir-vampir protagonis ini digambarkan secara menarik sebagai makhluk-makhluk rupawan. Khusus Edward, Stephenie Meyer melukiskan kerupawanan raga dan paras Edward dengan sangat sempurna bahkan melebihi takaran. Wajah, tubuh, keanggunan gerak, dan suara Edward terus-menerus diulang seolah-olah tidak ingin berhenti memberi alasan ketertarikan Bella kepadanya. Oleh Stephenie Meyer, matahari tidak menyakiti vampir tetapi mereka tidak bisa keluar ketika matahari bersinar, setidaknya, di tempat yang bisa dilihat orang. Terbakar karena matahari hanya mitos. Demikian juga tidur di peti mati karena ternyata, vampir tidak bisa tidur. Sebagai vampir-vampir protagonis, Keluarga Cullen dikreasi sebagai vampir yang hidup dengan menjalankan diet darah manusia. Mereka tidak menggunakan darah manusia untuk memuaskan dahaga tetapi darah binatang.

Sebagai seting kejadian utama, Steph
enie Meyer menggunakan Forks, sebuah kota kecil di Clallam County, Washington. Forks yang berjuluk 'Logging Capital of the World' merupakan kota terpencil dengan frekwensi hujan lebih sering dibandingkan tempat lainnya di Amerika Serikat. Katanya, langit Forks nyaris selalu tertutup awan. Dengan lebih seringnya matahari bersarang di balik awan, Forks menjadi kota bercuaca lembab yang sangat tepat untuk tempat tinggal vampir. Oleh sebab itu, kota yang namanya menjadi judul awal novel Twilight ini, menjadi pilihan Stephenie Meyer. Padahal, kabarnya, saat menulis Twilight, Stephenie Meyer belum pernah mengunjungi Forks. Saat ini, larisnya Twilight membuat Forks terkenal, dan setiap tanggal 13 September (tanggal lahir Bella), Forks merayakan Stephenie Meyer Day.

Selain Forks, Stephenie Meyer menggunakan Phoenix (Arizona), tempat dirinya tumbuh, sebagai seting pelengkap un
tuk menuntaskan konflik penting dalam novel.

Twilight adalah judul pertama dari serial Twilight Saga karya Stephenie Meyer, penulis perempuan kelahiran Hartford (Connecticut) 24 Desember 1973. Terbit pertama kali dalam versi hardcover Oktober 2005, sebulan kemudian, Twilight masuk daftar New York Times Bestseller untuk kategori Young Adult (YA) Books. Saat ini, Twilight telah diadaptasi ke dalam film oleh Summit Entertainment dengan judul sama dan dijadwalkan rilis Desember 2008. Apakah akan sama, kurang atau lebih bagus dari novelnya, tentu saja akan terjawab dengan menontonnya. Satu yang pasti, dengan penggambaran Edward yang begitu sempurna oleh Stephenie Meyer, rasanya sulit untuk menemukan aktor yang cocok untuk memerankan Edward.




Twilight, diindonesiakan sebagai rembang petang (hlm. 246). Bagi vampir, rembang petang adalah saat paling aman, saat termudah bagi hidup mereka, saat ancaman terik matahari menghilang. Tetapi, rembang petang juga menjadi saat paling sedih, karena menjadi akhir suatu hari dalam sebuah kehidupan. Menjadi vampir, bagi Edward, bagaikan memasuki momen rembang petang. Ia memasuki kehidupan yang aman, mudah, abadi, tetapi harus mengakhiri kehidupan yang dia dambakan sebagai manusia yang tidak abadi. Bukan pilihannya untuk menggiring Bella memasuki rembang petang yang sama.

Untuk kover, saya lebih suka kover edisi asli (bahasa Inggris) daripada kover edisi Indonesia. Kover asli dirancang sesuai dengan isi novel. Dalam kover asli, tampak dua tangan memegang sebuah apel merah. Menurut Stephenie Meyer, si penganut Mormon, kover novel ini menyimbolkan pengetahuan Bella tentang kebaikan dan kejahatan. Dalam Alkitab, buah terlarang, dilihat dari mata Hawa (si perempuan), adalah buah yang baik untuk dimakan, kelihatan sedap dan menarik hati. Tetapi, Hawa tahu, ketika menetap di Taman Eden, Tuhan telah memperingatkan bahwa jika dia memakan buah itu, pada hari dia memakannya, dia pastilah mati. Karenanya, menurut saya, Edward Cullen-lah si buah merah yang mengundang liur itu, begitu menggoda, begitu memikat, tetapi begitu terlarang.


Setelah membaca habis Twilight, kita bisa menyimpulkan jika cerita Bella dan Edward belum berakhir. Rupanya, Stephenie Meyer telah merencanakan sebuah serial untuk mengeksplorasi habis-habisan kisah percintaan mereka yang penuh tantangan. Dan tidak cukup satu buku untuk menampungnya. Maka, menyusul Twilight, Stephenie Meyer telah menulis New Moon (2006), Eclipse (2007), dan Breaking Down (2008). Itu juga belum cukup. Setelah Breaking Down, memang Bella akan berhenti sebagai narator, tetapi kisahnya masih akan berlanjut. Bahkan Twilight akan digarap kembali, diceritakan dari perspektif Edward Cullen, dalam novel berjudul Midnight Sun.

Secara keseluruhan, saya dapat mengikuti edisi Indonesia tebitan Gramedia ini, tetapi merasa janggal pada penerjemahan 'bulu kuduk di tanga
nku meremang', seperti pada halaman 40. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kuduk adalah bagian leher sebelah belakang (tengkuk). Jadi, tidak mungkin bulu kuduk ada di tangan. Smile

jodypojoh.blogdrive.com


read more...

Lost Word...


LOST WORD…

Tujuh belas hari sudah aku kehilangan senandungku sendiri, yah… tujuh belas hari sejak malam terakhir aku rapat persiapan gebyar maulid di masjid . Keesokan harinya bertepatan saat acara digelar, aku benar-benar tak pernah lagi mendengar suara emasku berceloteh… yang ada hanya suara serak yang srak… srek…srak…srek…(dan buatku itu terdengar sangat memilukan)…
Lucunya aku ogah menangis, padahal biasanya kalo kesandung masalah sekecil apapun aku pasti langsung mewe’…yah, mungkin aku keburu sadar kalo dalam hal ini menangis sungguh ga ada guna… yang ada makin memperparah keadaan, karena tangisan berteman akrab dengan hidung yang tersumbat… cukuplah bergumpal-gumpal lendir pekat di tenggorokan membuat mendung hari-hariku, membelenggu pita suaraku…ga perlu ditambah something else yang hanya akan menghambat pernafasanku…
Ga perlu bohong untuk menyatakan betapa menderitanya aku dengan kondisi ini. Aku yang selalu dipenuhi dengan skedul mengisi kajian di sana-sini, pelatihan itu pelatihan ini… belum lagi dengan rutinitas siaran dan mengajar privat yang hampir setiap hari… Hhhah, aku benar-benar hanya mampu menarik nafas panjang-panjang dan menghelanya perlahan berulang kali… andai semua berlalu bersamaan helaan nafas tadi… benar-benar berita baik…kembali, Hhhhahhh….(helaan nafasku untuk yang kesekian kali…). Dengan deskripsi kondisiku saat ini praktis seluruh aktiviitasku nyaris 100 % terhenti… hanya mengisi mentoring kampus en privat yang masih kutekuni, selebihnya aku benar-benar mohon dimaklumi… Well, ga mungkin aku tega meninggalkan adik-adik mentoring begitu saja… sedang untuk menitipkan mereka rasanya masih begitu riskan di usia tarbiyah mereka yang masih sangat belia… demikian pula dengan mengajar privat, sedapat mungkin harus tetap kujalani, karena belakangan ini nominal-nominal di rekeningku begitu cepat menyusut pergi… aku ga bisa egois melepas job ini hanya karena suara indahku yang bersembunyi. Semua karena aku masih membutuhkan recehan demi recehan honorku untuk membiayai tugas akhir yang kuharap segera rampung dua atau tiga bulan lagi... Bunda jangan khawatir, selamanya kau akan jadi janda yang paling bahagia karena memiliki aku yang akan selalu membuat hari-harimu penuh warna dan hatimu bertabur bunga-bunga, percayalah…
Setiap kali menelpon Nia_tetangga sekaligus karibku, yang mengangkat selalu Kak Tya, Kakaknya yang juga seniorku di kampus. Bisa kutebak lukisan keheranan di raut wajahnya kala mendengar suaraku yang menggenaskan…
“…rasanya sudah lebih sepekan deh,Ca suara kamu aneh gini… Kakak khawatir ini bukan sekedar penyakit fisik… kamu stress ya…? ” tebaknya. Keningku berkerut…
“…masa sih Kak…? nggak ah …! ” elakku stil yakin…
“…coba list dulu masalah-masalah yang lagi dihadapi… barangkali memang ada yang menjadi pemicunya… ayo jujur sama diri sendiri… dari pada ga sembuh-sembuh...” kejarnya lagi… aku hanya dapat menghela nafas… Aku stress ? , Adyamecca stress ?…who knows, bisikku dalam hati…
“ …Mecca ga papa kok Kak… ya sudah, kalo Nia pulang tolong bilangin Mecca minta ditemani ke bookfair besok pagi… thanx ya, Kak… Assalamu’alaikum…”, antara ada dan tiada suara sekaratku merangkai kata-kata untuknya… Kak Tya sayang… bagaimana kalo ternyata dugaanmu benar… entahlah… benarkah musibah ini terjadi karena aku yang tidak jujur pada diriku sendiri…
Dulu… saat aku masih mentoring dengan Kak Tya, beliau pernah bilang… sakit itu bisa jadi sebuah alarm, pertanda kita sudah zhalim pada diri kita sendiri… sakit juga bisa jadi sebentuk kasih, karena Allah ingin menggugurkan dosa-dosa kita selama ini… sakit mengajari kita mensyukuri betapa indahnya masa-masa sehat yang kita lalui, dan sakit menolong kita melihat sabar dari dekat untuk tak sekedar dicicipi namun jua dinikmati… Kak Tya yang baik hati selalu punya segudang taujih…walau kini mentorku telah berganti, dia tak pernah kurelakan meninggalkan hati…
Hya… Apa yang dikatakan Kak Tya semua benar… melakukan rally-rally rapat mempersiapkan event besar boleh jadi sering kulakoni, namun rapat hingga malam hari … berhari-hari… memang baru kali ini… ditambah cuaca yang tak bersahabat sepanjang hari… mendukung sukses turunnya stamina tubuhku yang kian ringkih… wallahu’alam, mungkin diperparah dengan ketidakikhlasan hati dalam melaksanakan aktivitas mulia ini… Sungguh, aku senang remaja masjid kelurahan aktif dan kreatif, tapi jika harus rapat di masjid hingga larut malam… bercampur antara laki-laki dan perempuan pula… salah-salah malah jatuh fitnah… namun seorang Mecca yang baru bergabung ternyata tak cukup punya daya… tak bisa hanya mengandalkan retorika untuk mendapatkan pengakuan untuk mengendalikan arahan... Hya, mungkin karena sulit bagiku mengikhlaskan hati yang tertusuk duri menyaksikan kelemahan diri atas realita yang menari di depan mata… ntahlah, mungkin benar apa yang dikatakan Nia… gadis itu pernah berbisik ke telingaku dan mengatakan “ kalau kita tidak ikhlas melakukan sebuah pekerjaan maka hanya lelah yang kita dapatkan… hanya lelah…, “ lirih pernyataan itu pernah diungkapkan olehnya ketika kami berjalan pulang menembus malam selepas rapat konsolidasi di masjid kelurahan …. Yup, mungkin benar aku begitu kelelahan… lelah dengan segala kelemahan dan ketakberdayaan …
Mecca yang begitu bersinar di kampus… disegani kawan maupun lawan politiknya, ternyata tak ada apa-apanya ketika tercebur ke ranah dakwah sekitar rumah…sesaat aku hanya bisa tersenyum kecut…
Pfuifh, kalau mau jujur… sebetulnya memang ada lebih dari satu hal yang menyebabkan terusiknya ketentraman hatiku saat ini… sebanyak alpa dan khilafku dalam menyia-nyiakannya selama ini… Mecca sayang, ingatkah di awal masa hijrah dahulu… saat baru menapakkan kaki di kampus hijau tercinta, tempat seorang Mecca belajar mengenal diri dan Tuhannya, mengenal dien, idola dan surat cinta pertamanya… di sana pula untuk pertama kalinya hadir sosok istimewa bernama Andromeda , sosok yang telah menggetarkan sekaligus membekukan sudut hatinya…
Dia mungkin bukan sosok pribadi yang hangat… yang menghanyutkan layaknya tipe-tipe lelaki idaman seperti yang digambarkan cewek-cewek di kelas… dia juga terlalu misterius untuk dikagumi dan dipahami isi hatinya … dia terlalu dingin, terlalu kaku, terlalu serius melangkahkan kaki menyusuri jalan hidupnya… dia tidak menyenangkan versi gadis-gadis kampus kala itu…sesaat bibir ini menyungging senyum untuknya, tiba-tiba saja kembali utuh dalam ingatan serangkaian peristiwa antara aku dan Andromeda…
Andromeda, waktu telah membawa dia pergi melanjutkan perjalanan hidupnya… dia yang dulu selalu berhasil mencuri perhatian seorang Adyamecca dengan penyakit workholicnya… dengan keefektifan pemilihan kosakatanya… dengan keampuhan strategi organisasinya… dia yang… ah, tak kusangka begitu dalam perasaan terukir untuknya… hingga tak sanggup kulupakan sedetik pun hari-hari merah jambu yang telah kulewati bersamanya… berjam-jam bertengkar di telepon namun hanya sanggup bicara dalam diam kala bersama… selalu begitu bahkan setelah bertahun-tahun menjadi partner yang tangguh dalam berbagai tim kerja… segala ide dan manuver boleh jadi berhamburan kala diskusi digelar, namun ketika hanya ada Andromeda dan Adyamecca, dunia terasa berhenti berputar… yang ada hanya diam… berjam-jam dalam diam… dan betapa selalu kurindukan saat itu kembali…saat aku duduk dan berdiri dalam diam, sunyi tanpa suara menatap bahunya yang kokoh, ditemani suara tuts pada keyboard yang diketik dengan jari-jari panjangnya yang lincah… tetap diam kala duduk bersebelahan… seraya menatap taburan bintang di langit malam… diam dalam pesona kekaguman… diam yang menyimpan jutaan kata-kata…, diam yang menghimpun segala macam rasa…Itulah satu sessi dalam hidup saat aku begitu menikmati diamku… saat aku kehilangan kata-kataku… diam yang menjadi sebuah kenangan indah dan mewarnai hari-hariku…
Mecca ingatkah kau pernah mengatakan betapa inginnya kau kembali pada masa-masa sunyi itu… padahal kau jelas-jelas menyadari ada virus mematikan yang membunuh produktivitasmu kala kau lewati masa-masa itu… namun anehya bagaimana mungkin kau lebih memilih diammu itu,Mecca… bagaimana mungkin kau begitu merindukan bertemu lagi dengan masa itu… bukankah kini kau telah menjadi gadis yang begitu gemilang… terang-benderang bagai bintang… berjaya dengan suara indahmu, berdaya guna dengan kalimat-kalimat hikmah yang mengalir pada lisanmu… dan siapa sangka tujuh belas hari yang lalu Allah berkenan mengabulkan permintaan naifmu itu…
Setitik bening tiba-tiba saja telah meluncur basahi pipiku … pipi si malang Adyamecca… sehelai undangan bersampul ungu muda dengan sepasang kupu-kupu mungil yang dikirim via pos dua minggu yang lalu telah berhasil membumihanguskan sudut hatiku… sudut hati yang lama merana menanti kehadiran sang pangeran, Andromeda…
Lemas kurapatkan selimut pada tubuhku yang semakin menghangat… jari-jari ini masih bergetar seraya menggenggam erat kertas undangan yang tak mengerti apa dosanya…warna ini, warna kita Andromeda, liirihku berbisik pada angin yang menyapa lembut kaca-kaca kristal di mataku… benteng pertahanan itu rapuh sudah… segera runtuh bersama air mata yang kian deras tak terbendung membanjiri… izinkan aku menangis ya Rabb… izinkan kubersihkan hati ini dari berbagai virus penyebab penyakit hatiku… izinkan ya Allah… agar esok hari, kala kusebut asmamu kembali… kan kudapati suara indahku menggema menembus langit biru… mengudara bersama indahnya cinta yang memerdekakan… cinta nyata yang terdefenisikan oleh logika… cinta yang terbebas dari emosi semata… cinta karenaMu… cinta yang menjadikanku manusia penuh manfaat di muka bumi… karena manusia terbaik di sisiMu adalah yang paling bermanfaat bagi sesama… memberikan manfaat dengan fikirannya… dengan lisannya… dan dengan segala amalannya… bantu aku kembali padaMu, ya Allah… kembali menjadi Adyamecca yang memancarkan berjuta cahaya… (29 April 2006, 03.00 dini hari…)

read more...

Soulmate


SOULMATE…
By. Ayka Rifa’i

Ready Syailendra
Konon nama Ready itu karena sang Bunda merasa sangat siap melahirkan putra keduanya... hanya berselang setahun dari kelahiran putra pertama yang saat itu memang terbilang gelagapan. Maklum, anak pertama…
Nah ketika hari yang dinanti-nanti telah tiba, sang baby yang terlahir luar biasa kalemnya… nangis sebentar, tak lama kemudian diam aja… nangis lagi setelah kaget mendengar isak tangis haru nenek – neneknya, mungkin karena ga nyangka bakal dapat cucu laki-laki lagi…
Silence… yang dalam ejaan Indonesia dibaca ‘Sailens’, mengilhamkan kata kedua dari namanya yang unik ‘Syailendra’… dan suku kata terakhir : ‘… dra ’ itu sendiri belakangan diketahui diambil dari kombinasi nama Ayah dan Ibunya : Hendra & Kirana

“…Re ikut sekolah sama aku aja deh,Mam…”, ajak Ryan
”...boleh ya,Mam...? ”, pinta Ryan lagi...
” ...hm, why not...? ”, sambut Mama...
“ Yesss…” ,seru sang kakak…Ready menyambut dengan senyum lebarnya… “ thanx, Ry…makasih ya Mam…”, bahagia sekali dia pagi itu…

Ready batal melanjutkan nol besarnya…dan akhirnya sekelas di sekolah yang sama dengan Ryan Hendrawan, kakak semata wayangnya…Ryan yang hiperaktif dan Ready yang cool abis…. Siapa yang sangka, kedua karakter yang berbeda namun saling menyayangi itu adalah dua bersaudara…
***
“…Huk, busyet si Zero…beraninya keroyokan…”, Ryan mengepalkan tinjunya…wajahnya babak belur, bajunya lusuh…bibirnya berdarah…
“…Ry, kenapa lu…? “, Ready meletakan buku yang sedari tadi ditekuninya di bawah sinar lampu baca meja belajarnya…Segera pemuda itu membuka jendela kamarnya demi melihat sosok sang kakak yang terhuyung mengetuk kacanya perlahan…
“…lu berantem lagi sama Zero dan gengnya…? “, Tanya Re seraya membantu saudaranya duduk dan membersihkan bekas luka di tangan dan wajahnya…
“…Zero memang brengsek…”, geram Ryan...
”...Lu tau dia pengecut...dia ga akan berani ngadapin lu seorang diri... ngapain si lu pake berurusan sama berandalan itu...? ” Re menyodorkan segelas air pada Ry yang memilih pose terkapar di lantai kamarnya...
”...dia gangguin Meisy gue... gue ga terima kecengan gue dia kecengin...”, Ry kembali mengepalkan jemarinya... Re membalas gusar kakaknya dengan senyum...
”...Meisy...? ”, kerutan muncul didahinya...
” Yup, yang sering bareng Maya... cewe’ Bram_Bos Geng gue...” jawab Ry...
Re kenal Maya... siapa yang ga kenal Maya... Smart, Kind & Cute Girl... Gadis paling beken di angkatan mereka... Pintar, kesayangan en andalan para guru... Manis dengan bando biru muda berbunga-bunga kecil warna ungu...Ramah & baik hati, ga ada yang ga suka sama dia... yang hebat ngaku salut padanya en yang pas-pasan bangga berteman dengannya... semua sayang Maya... Re...? Hya, Maya memang istimewa akunya...

“...Hai Re, ikut yuk...”, ajak Gadis itu...
Tangan kanannya digandeng Bram sedang tangan kirinya meraih tangan Ready...
”...kita mau ngerjain tugas bareng dirumahku...Ryan juga ikut kok...”, ajaknya...
”...Oke...”, sambut Re...dan ntah kapan semua berawal... Ready, Ryan, Bram, Maya en Meisy jadi sering kemana-mana bersama... dari ngebahas PR, studi literatur, sampe pada akhirnya memilih jurusan di perguruan tinggipun mereka memutuskan untuk tetap bersama... dan Fakultas Kehutanan menjadi incaran mereka yang kadung jatuh hati pada Kota kelahiran mereka, Khatulistiwa tercinta...

”...gue sering nangkep basah Maya liatin lu...”, Ryan mengedipkan sebelah matanya pada sang adik yang asyik dengan majalah komputer edisi terbaru yang dia titip beli pada kakaknya yang hobi hang out bareng ganknya...
”...Lu bisa aja Ry, gue ga ada apa-apanya lagi...dibanding Bram...bokapnya dewan pembina yayasan kampus kita... en dia bos geng lu...”, balas Re datar di balik lembaran majalah yang sedang khusyuk dilahapnya...
”...kali ini lu mesti percaya sama gue Re... dia ngasih perhatian istimewa ke lu...”, Ry mulai lagi...
” ...itu karena gue adik lu, Ry... adik sahabat pacarnya...”, jawab Re masih dengan kedataran yang sama...meski sejak pertama Ryan membuka pembicaraan tentang Maya, jantungnya telah bergetar lebih cepat dari sebelumnya... namun Re cukup mengenal siapa dirinya, Ready Syailendra yang sangat biasa... yang nyaris tak dapat dirasakan keberadaannya...
Namun tak urung Re tersentak untuk mereview hari – harinya bersama Maya... gadis itu memang perfect di mata dan hatinya... tak jarang mereka bicara serius berdua...hanya berdua meski diantara mereka ada Bram, Meisy, Ryan dan lainnya... bicara tentang filosofi hidup dan mengapa manusia diciptakan ke muka bumi... tak sekali dia dapati mata Maya yang menatapnya takjub penuh kekaguman... walau kemudian dia lebih memilih menunduk dan bukannya membalas tatapan indah itu... hya,sebetulnya dia grogi ditatap seorang Maya...
Dia hanya menyampaikan apa yang dia ketahui dari buku-buku yang dia baca...dari berbagai informasi yang ia dengar dan dapatkan... Re memang seorang pembelajar sejati...sosok yang selalu penuh semangat memperbaiki diri di balik kesahajaan sikap yang ia pilih...
Re sadar Maya senang ngobrol dengannya dan Re juga sadar betapa Maya merasa nyaman berbagi rasa dengannya... ada sesuatu... yang tak pernah terlukis di ucapan Maya...tak pernah terurai lewat kata-kata Ready... namun tersambung lewat hati keduanya... terkait kala sunyi menjeda keduanya dalam diam... dalam lirikan mata yang ditahan sepenuh jiwa... mungkin memang belum saatnya... Hei,Re... saatnya apa...? Ready menggigit bibir atasnya...mimpi lu... Maya milik Bram, mereka pasangan paling serasi di kampus ini... perfect couple di jajaran pasangan beken kota ini... jangan hanyut oleh kata-kata Ryan... mungkin Ry hanya bercanda... Hya, Ry memang hobi bercanda...

***
Mayatami Dyantari
Lucky girl with so many great things of her...
Putri semata wayang dari sebuah keluarga sederhana yang kokoh dengan kehangatan cinta dan nuansa demokratis di kesehariannya. Pelanggan gelar juara kelas en rising star di komunitas manapun dia berpijak. Maya, demikian mereka yang mengasihi memanggil sang jelita...
Berkali – kali terlibat cinta lokasi dari zaman taman kanak-kanaknya... hya, ini dia kelemahan sang gadis...ga pernah mampu single fighter, selalu merasa butuh seseorang untuk memanjakan segala mau...segala inginnya...
Dengan segala yang Tuhan anugerahkan pada dirinya, apa yang sulit diraih oleh seorang Maya... siapa yang sanggup menolak kehadiran gadis itu manakala ia mengetuk hati seseorang...Meski diliputi berbagai kelebihan, ga pernah ada yang sanggup mengatakan Maya sombong, karena Maya memang tak pernah sombong... segala lapisan membuka tangan padanya... membuka diri seluas-luasnya untuk dibahagiakan seorang Mayatami Dyantari...
”...kayanya Bram suka lu deh,May...”, Meisy menyikut lengan sohibnya...
”...I see... gue juga suka sama dia... cowok baik...”, balas Maya datar...
”...tunggu apa lagi...?lu kan lagi sendiri...”, dorong Meisy...
”...hya nunggu dia nembak gue gitu lho...”, kembali dibalas Maya datar...

En gampang ditebak... tak lama kemudian, Maya en Bram jadian... perfect : nice guy with good girl... berapa lama mereka bersama...? memasuki hari – hari baru di kampus hijau tercinta...Maya perlahan mulai menggelisahkan kekasihnya...
“... mau kemana Say...? “, lekas Bram menangkap tangan si gadis sebelum kabur lagi seperti beberapa hari belakangan ini...
”...musholla... kamu pulang duluan aja, aku ada janji sama Rahmi...”, refleks si gadis melepaskan tangannya...dahi Bram berkerut... hya, belakangan Maya jarang dia temui jalan bareng Meisy... tapi lebih sering berlama-lama di teras musholla bersama Rahmi dan sejenisnya... teras khusus putri pula... yang steril dari non mahrom macam dirinya...Bram menarik nafas panjang... dia pun melangkah menuju kawanannya di kantin seperti biasa... ada yang aneh dari gadisnya... dia benar-benar gelisah...
”...Hei,Re...dari mushola ya ? ada apa sih di sana...kok Maya makin sering aja ke sana ? ”, tanya Bram pada Ready yang baru saja menjejakkan langkah di parkiran menuju lokasi nogkrong tempat Ryan biasa menunggunya...
”... jam berapa...? ”, Re balik tanya...
”... selesai kuliah jam pertama dia menghilang ke sana...istirahat siang juga ke sana...sore yang biasanya kita pake jalan juga gue dengar dia ada di sana...malamnya dia semakin sulit dihubungi...malam minggu bersamanya pun sudah ga seperti biasanya...” cerita Bram terdengar lebih mirip keluhan...
” ...pagi dia dhuha, siang dia dzuhur, sore dia ashar en kadang juga ikut kajian umum...mungkin malamnya dia tidur lebih awal agar bisa bangun qiyamulail, soal malam minggu gue ga tahu...setahu gue sorenya ada kajian khusus keputrian yang rutin dia ikuti bersama Rahmi, Ningrum, Luna, Dea, Vella dan lainnya... ”, jawab Re mantap... Bram mendengar dengan seksama...
”... sepertinya lu lebih mengerti dia dari pada gue...”, lirih komentar Bram...Ups... semula Re pun tak menyadarinya...Hingga di suatu pagi, Maya melangkahkan kaki memasuki kelas diikuti mata-mata terbelalak melihat penampilannya... Maya aktivis himpunan, BEM dan redaksi kampus hadir memukau dengan jilbab putih yang jatuh lembut menutupi hingga ke dadanya...bersama rok cantik bermotif bunga-bunga kecil berwarna ungu muda ia mencuri perhatian mereka yang ada di sana...termasuk Re yang diam-diam bertasbih dalam hati...she’s so lovely...she’s like an angel to me... adalah kalimat berikut yang meluncur lembut dari lisannya tanpa ia sadari...
”...you’re right, bro....”, bisik Ryan yang mendengar persis desah kekaguman yang dilafazkan saudaranya... dan sungguh mengejutkan kala siangnya tersiar kabar Maya memutuskan hubungannya dari Bram...
”...what...?!?! ”, adalah sebuah kata yang kemudian menjadi begitu jenuh didengar oleh seorang Maya... so what, gitu lho...? tolong hargai keputusan yang gue ambil, pintanya... sungguh, Bram adalah cowok oke sepanjang yang ia kenal... tapi kebersamaan mereka yang lalu bukanlah hubungan syar’i yang dikehendaki olehNya, itu sebabnya harus diakhiri... begitulah kira – kira penjelasan yang berulang kali dilontarkan gadis yang perlahan mulai menuai cemoohan atas langkah yang diambilnya tersebut...
Namun Maya tetaplah Maya... di komunitasnya yang baru pun dia tetaplah Maya yang gemilang di mata banyak orang... aktivitas barunya kini telah memenuhi hari-harinya yang indah... bersama Rahmi, Ningrum, Dea, Luna dan Vella dia meniti jalan menuju cahaya... perlahan ditutupnya rapat – rapat lembaran demi lembaran masa lalunya yang dipenuhi warna – warni pelangi... sesekali dia masih bertemu Ready... tak jarang mereka harus bersinergi... satu hal pasti yang tak sanggup dia pungkiri... dia sayang pada pemuda biasa itu... pemuda yang sering kali menginspirasi ia menemukan keajaiban masa dan kekuatan pengaruh sebuah cita – cita luhur seorang mukmin sejati...
Waktu berlalu... tak terhitung berapa sering dan berapa lama Maya dan Ready terpisah oleh waktu dan jarak yang membentang... hingga pada suatu ruang dan waktu kembali mereka dipertemukan oleh creator jagad raya, penguasa segala rekayasa...
***
Epilog
Rintik hujan masih terdengar hiasi pekat malam yang tegak berselimut hawa sejuk dalam kegelapan... sesekali angin malam meniup tirai yang menjuntai pada jendela antik pada sebuah kamar seorang gadis yang perlahan menekan tuts pada keyboard notebooknya... ada senyum tulus terukir di bibirnya... ada kehangatan yang perlahan menyusup ke dalam hatinya...ada aura bahagia penuh kesyukuran yang terpancar di binar matanya... seraya kembali dibacanya tulisan yang baru saja diketiknya pada monitor... dan senyuman itu pun semakin lebar menghiasi bibirnya...setitik cairan bening mengalir khidmat membelah pipinya... Tuhan terima kasih, bisik hatinya berkali-kali seraya mengulang – ulang bacaan pada monitor, rasa – rasanya tidak ada yang salah, gumamnya dalam hati...

Dear Diary...
Aneh deh, dilihat dari sisi yang manapun, Aku dan Ready ga ada serasi – serasinya… physicly Aku rada gede (dulu-dulunya banyak yang bilang Aku seksi) , Ready masuk katagori imut… Aku heboh euy, Ready kalem benget… Aku bossy githu deh, Ready great assistant… People say that I look like selebrity and Ready so low profile…Aku n Ready…? Benar – benar akan jadi the odd couple,he he he…so unique, ha….?
Namun pada undangan berwarna biru muda berbunga-bunga kecil warna ungu itu jelas-jelas tertera nama kami : Mayatami Dyantari & Ready Syailendra…do’ain kami yaaa….

(Pontianak, 21 Mei 2007, 00:22)

read more...

Design by Blogger Templates