New Moon





Judul : New Moon (Dua Cinta)
Penulis: Stephenie Meyer
Penerjemah: Monica Dwi Chresnayani
Penyunting: Rosi L. Simamora
Terbit: Cetakan I, Juni 2008
Tebal: 600 hlm; 13,5 X 20 cm
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama



"DARAHMU MENYANYI UNTUKKU...."


Setelah mengenal Edward, tanggal 13 September menjadi hal menggundahkan bagi Isabella Marie Swan. Setiap tanggal itu, Bella akan bertambah usia, sedangkan Edward, si manusia abadi, tidak beranjak dari usianya, 17 tahun. Pada ulang tahun ke-18, Bella menyadari dia menjadi lebih tua dari Edward. Karenanya, Bella tidak ingin merayakan ulang tahunnya. Hanya satu yang ia inginkan, Edward mengabulkan keinginannya, mengubahnya menjadi vampir.

Tetapi, oleh bujukan Edward, Bella mau merayakan ulang tahunnya di rumah keluarga Edward, Keluarga Cullen. Seolah-olah hendak memperkuat citra Bella sebagai 'danger magnet' (magnet yang menarik bahaya), sebuah insiden terjadi membuat Bella terluka. Seketika naluri asli keluarga Cullen bagai dirangsang. Selama ini, mereka telah bertahan hidup dengan melakukan 'diet' darah manusia. Melihat darah Bella menetes, mereka nyaris kalap. Jasper yang paling terangsang dan beringas membuat Edward harus mati-matian menyelamatkan Bella.Insiden itu membuat Bella memahami kenapa Edward tidak mau mengabulkan keinginannya menjadi vampir. Seperti Carlisle, ayah angkat Edward, Edward ternyata percaya adanya Tuhan dan neraka. Edward percaya ada kehidupan setelah kematian. Dia juga percaya dia tidak akan mengalaminya. Sebagai vampir, Edward adalah makhluk terkutuk. Surga hanyalah impian yang tidak akan pernah menjadi nyata. Hingga, saking cintanya pada Bella, Edward tidak ingin membuat hidup Bella menjadi terkutuk seperti dirinya.
Insiden itu juga berujung pada kehancuran hati Bella. Keluarga Cullen, juga Edward,
memutuskan meninggalkan Forks dan pindah ke Los Angeles. Padahal, di mana lagi tempat
terbaik bagi keluarga Cullen untuk hidup dengan sedikit lebih wajar? Forks, kota dengan
curah hujan tertinggi di dunia adalah satu-satunya tempat terbaik bagi keluarga vampir ini.
Kondisi basah kota ini membuat mereka bisa berada di luar rumah tanpa takut rahasia mereka
terbongkar. Maka, setelah kepergian Edward, Bella melihat kegelapan menyelimuti hidupnya.
Baginya, telah tiba fase bulan baru (new moon) yang berarti hidup dalam kegelapan.
Empat bulan hidup dalam depresi bagaikan zombi, Bella melihat, ternyata, waktu terus
bergulir tidak mengacuhkan kemeranaannya. Kendati sudah punya pekerjaan, pekerjaan itu tidak bisa menangggulangi kesedihannya. Edward tidak mungkin akan kembali. Hanya suara indah selembut beledunya yang mendatangi Bella ketika secara magnetis Bella berhubungan dengan bahaya.

Charlie Swan, ayah Bella, tidak dapat menerima berantakannya hidup Bella. Dia bermaksud
mengirim putrinya ke Jacksonville (Florida), untuk tinggal dengan mantan istrinya dan
suaminya. Tetapi, Bella tidak ingin meninggalkan Forks. Sekalipun setiap malam, di Forks,
tidur Bella dikuasai mimpi buruk.

Dari pekerjaan memperbaiki sepeda-sepeda motor rongsokan karatan yang diperoleh Bella hingga latihan menungganginya, Bella menjadi akrab dengan Jacob Black yang berusia 16 tahun. Bagaikan obat, Jacob membuat episode bulan baru dalam hidup Bella mulai bergeser. Dia membuat Bella tertawa. Dia ada manakala Bella membutuhkannya. Sayang, walaupun Jacob mulai tampak terpikat olehnya, Bella tetap tidak bisa melupakan Edward. Bella masih mencintai Edward.
Suatu hari Jacob menghilang, tidak ingin bertemu Bella. Dan pada saat bersamaan, di Forks,
beredar kabar munculnya binatang hitam raksasa yang diduga sebagai beruang. Kemunculan
binatang ini disusul dengan menghilangnya beberapa orang. Secara mengejutkan, Bella
mengetahui apa yang sedang terjadi. Apa yang terjadi pada sahabatnya sebagai bagian dari
suku Quileute dan siapa yang menjadi penyebab hilangnya orang-orang di Forks. Kemudian,
tidak dapat dihindarkan lagi, hidupnya kembali bersinggungan dengan hidup Edward dan dunia vampir yang memang tidak dapat ia lupakan.

New Moon adalah sekuel Twilight dan buku kedua dari Twilight Saga karya Stephenie Meyer,
pendiri The Young Authors Foundation (penerbit majalah bulanan TeenInk). Terbit pertama kali pada September 2006, New Moon sempat mencapai posisi nomor satu di daftar bestseller New York Times. Judul New Moon atau Bulan Baru mengacu pada fase tergelap dalam siklus bulan (new moon-full moon-new moon) yang merefleksikan fase tergelap dalam kehidupan Bella setelah ditinggal pergi Edward.

Dari segi penulisan, New Moon memiliki gaya penulisan yang persis sama dengan Twilight.
Alurnya lambat, terlalu gemulai, persis seperti air sungai yang mengalir lambat, begitu lama
mencapai jeram. Ketika tiba pada jeram yang diharapkan, efeknya tidak cukup menghenyak.
Mungkin, karena isi utama novel ini adalah drama romantis remaja, oleh penulis, ketegangan
tidak dijadikan bagian yang menonjol. Padahal, ada peluang yang cukup potensial untuk lebih
menggedor perasaan pembaca.
Bagi yang belum pernah merasakan pedihnya ditinggalkan seorang kekasih atau orang yang
disayangi memang akan kurang bisa memahami perasaan Bella. Karenanya, bisa saja menganggap kesedihan Bella yang berlarut merupakan sesuatu yang berlebihan dan menjemukan. Tetapi jika pembaca pernah mengalami hal yang sama dengan Bella, akan lebih mudah untuk membaca kisah sedih Bella, akan lebih tergerak untuk menggerogoti plot yang bergerak lambat, akan lebih enteng menyelesaikan keseluruhan buku. Meskipun harus diakui, gaya beralur lambat yang terus-menerus diterapkan dalam novel serial akan membahayakan nasib novel-novel selanjutnya.
Untuk mengatasi kekosongan karakter remaja lelaki yang menarik setelah Edward pupus di
bagian-bagian awal novel, Stephenie Meyer memutuskan mengangkat Jacob Black, karakter yang hanya mendapatkan porsi penceritaan yang kecil dalam buku terdahulu, Twilight. Hanya, karena tidak ada perasaan yang setara di antara keduanya, kisah Bella dan Jacob tidak cukup kuat membuat pembaca penasaran. Dengan absennya Edward dari halaman-halaman buku, tegangan seksual masa remaja yang sangat kentara dalam Twilight, seolah-olah bersembunyi bersama kepergian Edward.

Selain Forks, dalam New Moon, Stephenie Meyer juga menggunakan seting Italia, tepatnya
Volterra, sebuah kota di Tuscany (Pisa), untuk menuntaskan konflik novel. Oleh Stephenie
Meyer, Volterra dijadikan tempat kediaman Volturi, keluarga bangsawan vampir yang telah
menguasai kota selama 3000 tahun sejak zaman Etruria. Menggunakan sebuah bangunan kuno yang indah, kelompok vampir ini memancing para turis untuk menemui ajal. Di sinilah Edward datang setelah mendengar kabar meninggalnya Bella karena bunuh diri. Bak Romeo, Edward memutuskan hendak menghabisi dirinya karena tidak bisa terus eksis bila Bella dijemput ajal. Di sini juga Bella mengetahui bahwa dengan aroma seperti yang ia miliki, darahnya menyanyi untuk Edward, la tua catante.
Sebagaimana Twilight, New Moon juga termasuk Young Adults (YA) Books (yang di Indonesia masuk kategori buku remaja) yang menawarkan cinta remaja kepada pembacanya. Jadi, menurut saya, untuk bisa menikmati novel ini, pembaca harus benar-benar memosisikannya sebagai novel cinta remaja sehingga tidak mengharapkan sesuatu yang tidak bisa ditawarkan novel ini. Terbukti, saya hanya memerlukan 2 hari untuk melahap habis isi novel ini.

Setelah membaca Twilight, rasanya tidak lengkap jika tidak membaca seri ke-2 ini. Tidak ada
pembaca yang telah menikmati Twilight, tidak rindu mengetahui perkembangan yang terjadi pada cinta Bella dan Edward. Saat ini untuk edisi asli (bahasa Inggris), telah terbit hingga buku
ke-4, dan masih belum ditamatkan. Kesuksesan buku serial terkadang bisa membuat penulisnya tidak rela segera menyudahinya. Bukan sekedar karena buku serial bisa terus membengkakkan pundi-pundi uangnya, tetapi juga kerap penulisnya merasa sayang untuk meninggalkan tokoh-tokoh rekaannya. Jadi tugas Stephenie Meyer, jika masih akan melanjutkan Twilight Saga, untuk memperhitungkan sebaik-baiknya bagaimana melanjutkan ceritanya agar tidak memangkas minat pembaca. Tidak mustahil, lama kelamaan, pembaca akan jemu membacanya jika ceritanya begitu-begitu saja Twilight Saga memang memiliki pengikat untuk semua judul yaitu kisah cinta Bella dan Edward yang belum ketahuan akhirnya. Tetapi, Twilight Saga bukanlah serial fantasi seperti Harry Potter yang setiap judulnya menyediakan kisah memikat dengan konflik-konflik yang diracik baik dan penuh perhitungan.Pertanyaan banyak tak tercegah memenuhi benak saya. Sampai kapan Stephenie Meyer akan menyerah dan memberikan ketegasan pada konflik cinta yang ada dalam serialnya ini? Sampai kapan Edward akan bertahan untuk tidak menancapkan giginya di tubuh Bella? Atau, jika Bella akhirnya menyayangkan hidupnya sebagai manusia, kapan Bella akhirnya memahami dengan cerdas perasaan dan pikiran Edward? Jika untuk itu Stephenie Meyer membutuhkan jalan yang panjang (dalam arti jumlah buku yang lebih banyak), sampai kapan juga para pembaca akan bertahan untuk terus membacanya?

Dibandingkan dengan sampul Twilight edisi Indonesia, saya lebih suka dengan sampul buku
kedua terbitan Gramedia ini. Komposisi warna dan makna yang disiratkan sampul ini cukup
mewakili isi novel. Demikian juga bila dibandingkan dengan sampul asli berupa sekuntum bunga putih semburat merah darah yang entah apa hubungannya dengan isi novel.
Bagaimanakah nasib cinta Bella dan Edward? Bagaimana pula dendam atas kehilangan James yang belum bisa dituntaskan Victoria, sang kekasih, kepada Edward dan Bella? Tak sabar rasanya membaca seri ketiga novel ini, Eclipse.


jodypojoh.blogdrive.com


read more...

Twilight

Judul Buku: Twilight
Penulis: Stephenie Meyer (2005)
Penerjemah: Lily Devita Sari
Editor: Rosi L. Simamora
Tebal: 520 hlm; 13,5 X 20 cm
Terbit: Cetakan 1, Maret 2008
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama


AROMA BUNGA CINTA TERLARANG

Pada usia 17 tahun, Isabella Swan, meninggalkan Phoenix (Arizona), kota terbesar kelima di USA, menuju Forks, kota kecil di Semenanjung Olympic, barat laut Washington. Sebagai remaja yang tumbuh di kota berjuluk 'Valley of the
Sun' (Lembah Matahari), tinggal di Forks, kota dengan frekwensi hujan lebih sering dibanding tempat lain di Amerika Serikat, bukanlah hal menyenangkan. Keputusan Bella untuk tinggal dengan ayahnya, Charlie Swan, kepala polisi Forks, semata-mata karena tidak ingin mengusik kebahagiaan Renée, ibunya. Sang ibu baru menikah lagi dengan Phil, seorang pemain bola dari liga kecil, setelah cerai dari ayahnya.

Bella sadar penampilan dirinya sama sekali tidak mencerminkan seorang dari Lembah Matahari. Dia tidak berkulit cokelat, tidak sporty, tidak pirang dengan kemampuan main voli atau pemandu sorak, dan tidak memiliki kemampuan koordinasi antara tangan dan mata untuk berolahraga dengan baik. Sebagai siswa ke-358 di SMA Forks, Bella tahu dia akan menjadi siswa baru nan aneh yang mengundang penasaran.

Tetapi Bella tidak sadar, ia memiliki aroma, aroma bebungaan yang menggiurkan. Aroma yang membuat Edward Cullen, seorang siswa SMA Forks, tidak dapat me
ngabaikan kehadirannya. Padahal, santer beredar kabar, Edward tidak berkencan, seolah-olah tidak ada cewek di Forks yang cukup jelita baginya.

Edward Cullen adalah cowok 17 tahun yang luar biasa tampan. Dengan tubuh indah, rambut perunggu, kulit sehalus satin, mata yang kerap berubah warna, dan suara bernada rendah selembut beledu, Edward menjadi pesona yang tidak dapat Bella tolak.

Hanya, Edward bukan manusia. Seperti keluarganya yang lain yang berperawakan indah dan berwajah rupawan –dr. Carlisle Cullen, Esme, Emmet, Alice, dan si kembar Rosalie dan Jasper Hale, Edward adalah vampir. Pada usia 17 tahun, Edward kelahiran Chicago 1901, menjadi vampir, dan selama eksistensinya, dia akan tetap berusia 17 tahun.

Awalnya, Edward berniat menjauhi Bella. Namun, setelah mencoba, dia gagal. Bahkan dia menjadi terobsesi dengan kehidupan Bella. Ketika Bella nyaris disergap maut, Edward bertindak bak pahlawan super. Tindakan yang semakin menjerat Bella ke dalam pesona Edward dan berbuntut menyusupnya Edward ke dalam mimpi Bella.

Edwad sadar Bella mencintainya seperti dia mencintai Bella. Tetapi Edward juga sadar bersama dirinya, Bella menjadi dekat dengan bahaya. Mencintainya berarti membuat Bella menjadi 'danger magnet'. Dan mencintai Bella juga berarti terus mengawasi Bella di setiap kegiatannya. Malah, kalau bisa, membaca pikiran Bella supaya gadis ini tidak bertindak gegabah. Yang sayangnya tidak dapat dilakukan Edward. Karena meski memiliki kemampuan membaca pikiran orang, Edward tidak dapat membaca pikiran Bella.

Mengetahui jati diri Edward
sebagai vampir tidak mengenyahkan perasaan cinta Bella. Kendati maklum ada sebagian diri Edward yang dahaga akan darahnya, Bella tetap mencintai Edward, tanpa syarat. Hal ini tentu saja membahagiakan Edward. Namun, dia sadar cintanya pada Bella tak ubahnya cinta singa masokistik kepada domba bodoh; mencintai dengan menyakiti diri sendiri, karena dengan cintanya dia tidak bisa menyunting Bella yang begitu menggairahkannya. Bahkan, dia berpendapat, membiarkan dirinya berduaan dengan Bella adalah sebuah kesalahan, kesalahan yang acap dilakukan klan vampirnya. Memang, seperti keluarga Cullen, Edward tidak minum darah manusia; ia telah lama berpantang darah manusia. Untuk melegakan rasa hausnya, Edward memilih darah singa gunung guna memenuhi kebutuhannya. Tetapi, Bella begitu menggoda, aromanya begitu kuat merasuk dalam diri Edward. Edward khawatir suatu saat dia tidak dapat menahan diri untuk menancapkan gigi di leher Bella dan menjadikan gadis kesayangannya ini makhluk terkutuk seperti dirinya.

Hingga akhirnya, tiga vampir lain (Laurent, James, dan Victoria) singgah di Forks dalam perkelanaan mereka. Ketiganya bukanlah vampir seperti keluarga Cullen. Mereka adalah vampir pemburu yang memuaskan kebutuhan darahnya dengan membunuh manusia. Ya, Bella bukan satu-satunya manusia di Forks, tetapi aromanya yang lezat, aromanya yang menggiurkan berhasil mengusik James. Kemungkinan meneguk darah Bella menjadi petualangan yang menantang bagi James.

Maka, Bella harus diselamatkan. Hanya keluarga C
ullen yang sanggup menyelamatkan Bella, mengaburkan aromanya dan membawanya pergi dari mara bahaya.

Tak pelak lagi, dengan jalinan cerita seperti itu, Twilig
ht hadir sebagai novel dengan romansa percintaan yang kental. Percintaan Bella yang tergila-gila pada Edward dan Edward yang terombang-ambing di tengah jerat aroma Bella digambarkan penuh perasaan. Keseluruhannya terkesan lembut dengan kecenderungan cengeng. Terasa juga percikan tegangan seksual di antara keduanya, tetapi tidak sampai menjadi kasar dan hadir sebagai adegan dewasa. Apalagi, Twilight memang ditujukan kepada segmen pembaca remaja. Dialog-dialog di antara Edward dan Bella terasa sangat hidup dan bisa dikatakan menjadi salah satu kekuatan novel ini. Sentuhan mitos (vampir atau werewolf) yang seolah-olah hendak mengimbuhkan nuansa horor tidak cukup kuat buat mengisbatkan novel ini sebagai novel fantasi atau horor. Membaca Twilight sama sekali tidak ada rasa horor membayangkan apakah Edward akan menancapkan giginya di leher Bella atau tidak. Edward terlalu baik hati, romantis, penuh kesadaran dan kontrol, penuh cinta, vampir dengan jejak-jejak kemanusiaan. Unsur saspens coba disusupkan dalam bagian-bagian akhir novel tetapi tidak cukup menggetarkan dan menegangkan karena tidak maksimal. Novel dibuka dengan janji adegan menarik dalam plot novel –ketika Bella berhadapan dengan sang pemburu. Sayangnya, ketika membaca 'janji' itu tepat pada plotnya, tidak ada daya gedor yang mengguncang, nyaris datar mengecewakan.

Ide percintaan dalam novel ini memang terbilang unik. Sebuah novel remaja, jika terus menyodorkan cerita cinta remaja biasa, apalagi tidak digarap maksimal, akan terasa menjemukan. Karenanya, Stephenie Meyer, penulis Twilight, menghadirkan mitologi, menghidupkan vampir dalam rangka mengkreasi percintaan yang tidak biasa dengan manusia, sebuah percintaan terlarang (meskipun bukan yang pertama kali dalam sejara
h fiksi dunia). Alhasil, novel ini terkesan fenomenal. Cuma, jika mengharapkan liukan plot berpilin, pembaca akan kecewa. Tidak ada yang baru dan istimewa dalam plot super gemulai garapan penulis yang juga telah menulis novel sci-fi dewasa bertajuk The Host (2008) ini. Bahkan, penceritaan kisah cinta Bella dan remaja vampir Edward terkesan berlebihan karena memakan halaman terbanyak tanpa konflik berarti di dalamnya kecuali tarik-ulur perasaan keduanya. Jadi, jika pembaca mengharapkan yang sangat luar biasa dari Twilight karena mengetahui popularitasnya sebagai bacaan remaja, bersiaplah kecewa.


Dalam novel ini, Stephenie Meyer mencoba membuat versi vampir mutakhir. Dikisahkan jika vampir, yang disebut berdarah dingin oleh Jacob Black (putra Billy Black, salah satu tetua suku Quileute di La Push), adalah musuh utama serigala jadi-jadian (werewolf) yang menurut legenda adalah nenek moyang Jacob. Para vampir protagonis membuat perjanjian dengan kakek buyut Jacob untuk menghindari pertikaian.

Tetap sebagai manusia abadi, vampir-vampir protagonis ini digambarkan secara menarik sebagai makhluk-makhluk rupawan. Khusus Edward, Stephenie Meyer melukiskan kerupawanan raga dan paras Edward dengan sangat sempurna bahkan melebihi takaran. Wajah, tubuh, keanggunan gerak, dan suara Edward terus-menerus diulang seolah-olah tidak ingin berhenti memberi alasan ketertarikan Bella kepadanya. Oleh Stephenie Meyer, matahari tidak menyakiti vampir tetapi mereka tidak bisa keluar ketika matahari bersinar, setidaknya, di tempat yang bisa dilihat orang. Terbakar karena matahari hanya mitos. Demikian juga tidur di peti mati karena ternyata, vampir tidak bisa tidur. Sebagai vampir-vampir protagonis, Keluarga Cullen dikreasi sebagai vampir yang hidup dengan menjalankan diet darah manusia. Mereka tidak menggunakan darah manusia untuk memuaskan dahaga tetapi darah binatang.

Sebagai seting kejadian utama, Steph
enie Meyer menggunakan Forks, sebuah kota kecil di Clallam County, Washington. Forks yang berjuluk 'Logging Capital of the World' merupakan kota terpencil dengan frekwensi hujan lebih sering dibandingkan tempat lainnya di Amerika Serikat. Katanya, langit Forks nyaris selalu tertutup awan. Dengan lebih seringnya matahari bersarang di balik awan, Forks menjadi kota bercuaca lembab yang sangat tepat untuk tempat tinggal vampir. Oleh sebab itu, kota yang namanya menjadi judul awal novel Twilight ini, menjadi pilihan Stephenie Meyer. Padahal, kabarnya, saat menulis Twilight, Stephenie Meyer belum pernah mengunjungi Forks. Saat ini, larisnya Twilight membuat Forks terkenal, dan setiap tanggal 13 September (tanggal lahir Bella), Forks merayakan Stephenie Meyer Day.

Selain Forks, Stephenie Meyer menggunakan Phoenix (Arizona), tempat dirinya tumbuh, sebagai seting pelengkap un
tuk menuntaskan konflik penting dalam novel.

Twilight adalah judul pertama dari serial Twilight Saga karya Stephenie Meyer, penulis perempuan kelahiran Hartford (Connecticut) 24 Desember 1973. Terbit pertama kali dalam versi hardcover Oktober 2005, sebulan kemudian, Twilight masuk daftar New York Times Bestseller untuk kategori Young Adult (YA) Books. Saat ini, Twilight telah diadaptasi ke dalam film oleh Summit Entertainment dengan judul sama dan dijadwalkan rilis Desember 2008. Apakah akan sama, kurang atau lebih bagus dari novelnya, tentu saja akan terjawab dengan menontonnya. Satu yang pasti, dengan penggambaran Edward yang begitu sempurna oleh Stephenie Meyer, rasanya sulit untuk menemukan aktor yang cocok untuk memerankan Edward.




Twilight, diindonesiakan sebagai rembang petang (hlm. 246). Bagi vampir, rembang petang adalah saat paling aman, saat termudah bagi hidup mereka, saat ancaman terik matahari menghilang. Tetapi, rembang petang juga menjadi saat paling sedih, karena menjadi akhir suatu hari dalam sebuah kehidupan. Menjadi vampir, bagi Edward, bagaikan memasuki momen rembang petang. Ia memasuki kehidupan yang aman, mudah, abadi, tetapi harus mengakhiri kehidupan yang dia dambakan sebagai manusia yang tidak abadi. Bukan pilihannya untuk menggiring Bella memasuki rembang petang yang sama.

Untuk kover, saya lebih suka kover edisi asli (bahasa Inggris) daripada kover edisi Indonesia. Kover asli dirancang sesuai dengan isi novel. Dalam kover asli, tampak dua tangan memegang sebuah apel merah. Menurut Stephenie Meyer, si penganut Mormon, kover novel ini menyimbolkan pengetahuan Bella tentang kebaikan dan kejahatan. Dalam Alkitab, buah terlarang, dilihat dari mata Hawa (si perempuan), adalah buah yang baik untuk dimakan, kelihatan sedap dan menarik hati. Tetapi, Hawa tahu, ketika menetap di Taman Eden, Tuhan telah memperingatkan bahwa jika dia memakan buah itu, pada hari dia memakannya, dia pastilah mati. Karenanya, menurut saya, Edward Cullen-lah si buah merah yang mengundang liur itu, begitu menggoda, begitu memikat, tetapi begitu terlarang.


Setelah membaca habis Twilight, kita bisa menyimpulkan jika cerita Bella dan Edward belum berakhir. Rupanya, Stephenie Meyer telah merencanakan sebuah serial untuk mengeksplorasi habis-habisan kisah percintaan mereka yang penuh tantangan. Dan tidak cukup satu buku untuk menampungnya. Maka, menyusul Twilight, Stephenie Meyer telah menulis New Moon (2006), Eclipse (2007), dan Breaking Down (2008). Itu juga belum cukup. Setelah Breaking Down, memang Bella akan berhenti sebagai narator, tetapi kisahnya masih akan berlanjut. Bahkan Twilight akan digarap kembali, diceritakan dari perspektif Edward Cullen, dalam novel berjudul Midnight Sun.

Secara keseluruhan, saya dapat mengikuti edisi Indonesia tebitan Gramedia ini, tetapi merasa janggal pada penerjemahan 'bulu kuduk di tanga
nku meremang', seperti pada halaman 40. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kuduk adalah bagian leher sebelah belakang (tengkuk). Jadi, tidak mungkin bulu kuduk ada di tangan. Smile

jodypojoh.blogdrive.com


read more...

Design by Blogger Templates