Berlalulah Kabut di Hati

Berlalulah Kabut di Hati

“ …Insya Allah hanya lima orang dari tiap-tiap Fakultas yang akan diutus masuk dalam struktur kepanitiaan Dies Natalis Universitas…”, tutur Evan melaporkan hasil rapat koordinasi tingkat UKM Universitas sore kemarin pada majelis PH LDK.
“ …teman-teman di BEM meminta kita untuk mengutus dua orang, satu akhowat dan satu ikhwan… karena issunya akan direkomendasikan menjadi koordinator seksi, maka mereka minta kita mengutus yang capable untuk amanah itu…hitung-hitung image building pada pihak rektorat…”, lanjutnya lagi. Arya sang ketua LDK mangut-mangut seraya mengedarkan pandangannya pada beberapa ikhwan yang ada di dekatnya saat ini.
“ Please Akh, jangan ane… antum kan tahu ane orangnya kuper abis dan ga gaul… so, ditanggung bakal sulit beradaptasi sama anak-anak UKM…”, pinta Jaka_ikhwan kabupaten yang paling hobi menghindari forum-forum plural di Kampus.
“ Ane juga jangan Akh, Ane dengar anak-anak KOPMA masih ngutangin Ane karena berani nolak mentah-mentah LPJ mereka tahun lalu… “, giliran Zaky angkat bicara.
“ Ane…”
“ Stop…stop…stop…”, Arya dengan tegas memotong maksud Tedy yang dengan malu-malu ikut mengacungkan jari seraya membetulkan kacamata tebal minus tujuhnya yang setia nangkring di batang hidungnya yang mancung…
“ Kok jadi pada ketakutan ditunjuk begini sih… apa begini sikap aktivis dakwah menghadapi amanah di depan mata…? “ Arya sedikit meninggikan suaranya. Pemuda itu berusaha untuk tetap tenang dan berwibawa di hadapan jundi-jundinya…semua terdiam… Tedy yang semula memang sudah menunduk saat Evan menyampaikan hasil rapat jadi semakin menunduk diceramahi qiyadahnya. Jaka menggaruk-garuk kepalanya yang mendadak terasa gatal sedang Zaky yang biasanya vokal lebih memilih untuk menghempaskan tubuhnya ke pojok ruangan sambil membolak-balik Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin yang baru saja diambilnya dari Rak Buku Koleksi LDK di dekatnya.
“ Ane tidak akan langsung main tunjuk-tunjuk seenaknya… kita kan punya mekanisme syuro, harapan Ane siapa pun yang akan diutus oleh syuro dapat menjalankan amanahnya dengan baik dan bertanggung jawab…”, selepas mengucapkan salam Arya pun berlalu dari ruang kestari menuju ruang sholat utama di musholla. Tak lama kemudian Jaka dan Tedy pun mengikuti jejak sang Qiyadah menunggu waktu sholat yang tidak kurang dari sepuluh menit lagi…
Evan menepuk-nepuk pundak Zaky, sohibnya… Evan tahu persis pemuda itu masih masygul… teringat kembali kejadian setahun lalu saat dia memobilisasi teman-temannya untuk Walk Out meninggalkan ruang sidang di detik-detik terakhir saat presidium memutuskan LPJ pengurus KOPMA diterima dan kasus-kasus yang pernah ada dibekukan dengan alasan yang tidak jelas… dia tahu benar deretan penyelewangan yang dilakukan… dia punya bukti-bukti lengkap… dia hanya ingin memberikan pelajaran pada senior-seniornya yang tak tahu malu telah mengambil hak banyak orang dan menodai amanah… Zaky juga ingat, sorenya dia dikeroyok oleh beberapa orang tak dikenal yang belakangan diketahuinya sebagai antek-antek mantan ketua KOPMA yang sekarang malah diangkat jadi Badan Pengarah… sejak saat itu Zaky bersumpah, dia tidak mau lagi menginjakkan kakinya ke kopma… dia tidak sudi membelanjakan satu rupiah pun uangnya di sana… biarlah ke kopma fakultas lain atau ke kopma universitas sekalian… jika pemuda bertubuh tegap itu merasa butuh fotocopy atau beli alat tulis dan semacamnya… yah, Zaky memang keras… tapi bukankah tak ada salahnya bersikap keras pada kebathilan… dan bukankah sikapnya memang didukung oleh anak musholla hingga tak ada kader musholla yang kini mau berbelanja di tempat itu…walaupun pemuda itu tampak sangat memendam amarah, namun jauh di dasar hati sungguh dia kecewa pada dirinya sendiri yang tak sanggup berbuat apa-apa untuk menghalangi Zero, mantan ketua kopma plus senior favoritnya di klub jurnalistik remaja semasa SMA. Zero terbukti menggelapkan uang mahasiswa puluhan juta rupiah. Hasil investigasi teman-teman mendapati fakta-fakta uang tersebut digunakan untuk biaya jalan-jalan dia dan beberapa orang stafnya berkedok studi banding ke beberapa universitas di Asia Tenggara. Zaky juga malu karena dulu sempat begitu membanggakan Zero dan sangat memfigurkannya… namun lebih dari itu, dia tak dapat menutupi kesedihannya… karena sebagai seorang muslim, Zero telah mencoreng nama Islam di seantero kampus dengan kekhilafan yang telah dilakukannya… bertaubatlah Bro, lirih hatinya berbisik…
“ Sudahlah Zak, jangan diingat-ingat lagi… jangan dibikin dendam…biarlah Allah yang membalas semua perbuatan mereka…”, Evan mencoba menentramkan hati sahabatnya.
Tiba-tiba…
“ Hah…Huh… Assalammu’alaikum, Akh…!!! ”, terdengar suara terengah-engah datang dari balik hijab pembatas zona akhwat dan ikhwan.
“ Wa’alaikumsalam… ada apa Ukh…tenang, minum dulu…”, Evan mendekati hijab, tak urung Arya, Jaka dan Tedy pun bergerak ke arah sumber suara.
“ Afwan… Ana dan Ukhti Sari hanya ingin menyampaikan bahwa ada polisi menuju ke arah sini… sepertinya sedang dalam rangka mengadakan penyergapan…”, papar Arini, staf paling bungsu di kemuslimatan.
“ …Penyergapan…? “, Jaka mengulang perkataan Arini setengah tak percaya…
“ I..iya… tapi ga jelas siapa yang akan disergap…”, sambung Sari.
“ …mereka mencari Bang Zero… ternyata teman-teman DPM mengembangkan penyelidikan penggelapan uang 47 juta tahun lalu…dan ketika terbukti, mereka langsung lapor polisi untuk segera mengamankan Bang Zero dan komplotannya…”, Ukhti Amara yang baru saja bergabung disertai Ukhti Rien memaparkan lebih lanjut tentang apa yang sedang terjadi.
“… sementara ini sudah ada tiga tersangka yang diciduk, salah satunya Bang Zero… mereka masih mencari dua orang lagi… dan kalau tidak salah ada satu dosen pengarah Kopma yang terlibat…”, sambung Rien.
Sayup-sayup terdengar kumandang adzan dari Masjid Universitas…
“ Sebaiknya kita sholat dulu, biarlah para polisi itu menyelesaikan pekerjaannya, sehabis sholat baru kita ikuti kembali perkembangannya…”, usul Arya. Semua mengangguk setuju dan bubar seketika…
Percikan air yang dingin tak hanya berhasil merembes ke pori-pori wajah Zaky, perlahan hatinya pun dirambati kesejukan,… pemuda itu tak henti-hentinya melafazkan takbir dan tasbih bergantian… sebongkah beban yang pernah bercokol lama di pundaknya itu kini terangkat sudah, hilang bersama kabut yang selama ini selimuti kalbunya… semoga Allah mengampuni kelemahan diri ini, munajatnya…(01 Desember 2005, kala rindu mengajakku kembali berpetualang ke masa lalu…kembali ke kampus, medan jihad pertamaku…)

0 komentar:

Design by Blogger Templates