Lost Word...


LOST WORD…

Tujuh belas hari sudah aku kehilangan senandungku sendiri, yah… tujuh belas hari sejak malam terakhir aku rapat persiapan gebyar maulid di masjid . Keesokan harinya bertepatan saat acara digelar, aku benar-benar tak pernah lagi mendengar suara emasku berceloteh… yang ada hanya suara serak yang srak… srek…srak…srek…(dan buatku itu terdengar sangat memilukan)…
Lucunya aku ogah menangis, padahal biasanya kalo kesandung masalah sekecil apapun aku pasti langsung mewe’…yah, mungkin aku keburu sadar kalo dalam hal ini menangis sungguh ga ada guna… yang ada makin memperparah keadaan, karena tangisan berteman akrab dengan hidung yang tersumbat… cukuplah bergumpal-gumpal lendir pekat di tenggorokan membuat mendung hari-hariku, membelenggu pita suaraku…ga perlu ditambah something else yang hanya akan menghambat pernafasanku…
Ga perlu bohong untuk menyatakan betapa menderitanya aku dengan kondisi ini. Aku yang selalu dipenuhi dengan skedul mengisi kajian di sana-sini, pelatihan itu pelatihan ini… belum lagi dengan rutinitas siaran dan mengajar privat yang hampir setiap hari… Hhhah, aku benar-benar hanya mampu menarik nafas panjang-panjang dan menghelanya perlahan berulang kali… andai semua berlalu bersamaan helaan nafas tadi… benar-benar berita baik…kembali, Hhhhahhh….(helaan nafasku untuk yang kesekian kali…). Dengan deskripsi kondisiku saat ini praktis seluruh aktiviitasku nyaris 100 % terhenti… hanya mengisi mentoring kampus en privat yang masih kutekuni, selebihnya aku benar-benar mohon dimaklumi… Well, ga mungkin aku tega meninggalkan adik-adik mentoring begitu saja… sedang untuk menitipkan mereka rasanya masih begitu riskan di usia tarbiyah mereka yang masih sangat belia… demikian pula dengan mengajar privat, sedapat mungkin harus tetap kujalani, karena belakangan ini nominal-nominal di rekeningku begitu cepat menyusut pergi… aku ga bisa egois melepas job ini hanya karena suara indahku yang bersembunyi. Semua karena aku masih membutuhkan recehan demi recehan honorku untuk membiayai tugas akhir yang kuharap segera rampung dua atau tiga bulan lagi... Bunda jangan khawatir, selamanya kau akan jadi janda yang paling bahagia karena memiliki aku yang akan selalu membuat hari-harimu penuh warna dan hatimu bertabur bunga-bunga, percayalah…
Setiap kali menelpon Nia_tetangga sekaligus karibku, yang mengangkat selalu Kak Tya, Kakaknya yang juga seniorku di kampus. Bisa kutebak lukisan keheranan di raut wajahnya kala mendengar suaraku yang menggenaskan…
“…rasanya sudah lebih sepekan deh,Ca suara kamu aneh gini… Kakak khawatir ini bukan sekedar penyakit fisik… kamu stress ya…? ” tebaknya. Keningku berkerut…
“…masa sih Kak…? nggak ah …! ” elakku stil yakin…
“…coba list dulu masalah-masalah yang lagi dihadapi… barangkali memang ada yang menjadi pemicunya… ayo jujur sama diri sendiri… dari pada ga sembuh-sembuh...” kejarnya lagi… aku hanya dapat menghela nafas… Aku stress ? , Adyamecca stress ?…who knows, bisikku dalam hati…
“ …Mecca ga papa kok Kak… ya sudah, kalo Nia pulang tolong bilangin Mecca minta ditemani ke bookfair besok pagi… thanx ya, Kak… Assalamu’alaikum…”, antara ada dan tiada suara sekaratku merangkai kata-kata untuknya… Kak Tya sayang… bagaimana kalo ternyata dugaanmu benar… entahlah… benarkah musibah ini terjadi karena aku yang tidak jujur pada diriku sendiri…
Dulu… saat aku masih mentoring dengan Kak Tya, beliau pernah bilang… sakit itu bisa jadi sebuah alarm, pertanda kita sudah zhalim pada diri kita sendiri… sakit juga bisa jadi sebentuk kasih, karena Allah ingin menggugurkan dosa-dosa kita selama ini… sakit mengajari kita mensyukuri betapa indahnya masa-masa sehat yang kita lalui, dan sakit menolong kita melihat sabar dari dekat untuk tak sekedar dicicipi namun jua dinikmati… Kak Tya yang baik hati selalu punya segudang taujih…walau kini mentorku telah berganti, dia tak pernah kurelakan meninggalkan hati…
Hya… Apa yang dikatakan Kak Tya semua benar… melakukan rally-rally rapat mempersiapkan event besar boleh jadi sering kulakoni, namun rapat hingga malam hari … berhari-hari… memang baru kali ini… ditambah cuaca yang tak bersahabat sepanjang hari… mendukung sukses turunnya stamina tubuhku yang kian ringkih… wallahu’alam, mungkin diperparah dengan ketidakikhlasan hati dalam melaksanakan aktivitas mulia ini… Sungguh, aku senang remaja masjid kelurahan aktif dan kreatif, tapi jika harus rapat di masjid hingga larut malam… bercampur antara laki-laki dan perempuan pula… salah-salah malah jatuh fitnah… namun seorang Mecca yang baru bergabung ternyata tak cukup punya daya… tak bisa hanya mengandalkan retorika untuk mendapatkan pengakuan untuk mengendalikan arahan... Hya, mungkin karena sulit bagiku mengikhlaskan hati yang tertusuk duri menyaksikan kelemahan diri atas realita yang menari di depan mata… ntahlah, mungkin benar apa yang dikatakan Nia… gadis itu pernah berbisik ke telingaku dan mengatakan “ kalau kita tidak ikhlas melakukan sebuah pekerjaan maka hanya lelah yang kita dapatkan… hanya lelah…, “ lirih pernyataan itu pernah diungkapkan olehnya ketika kami berjalan pulang menembus malam selepas rapat konsolidasi di masjid kelurahan …. Yup, mungkin benar aku begitu kelelahan… lelah dengan segala kelemahan dan ketakberdayaan …
Mecca yang begitu bersinar di kampus… disegani kawan maupun lawan politiknya, ternyata tak ada apa-apanya ketika tercebur ke ranah dakwah sekitar rumah…sesaat aku hanya bisa tersenyum kecut…
Pfuifh, kalau mau jujur… sebetulnya memang ada lebih dari satu hal yang menyebabkan terusiknya ketentraman hatiku saat ini… sebanyak alpa dan khilafku dalam menyia-nyiakannya selama ini… Mecca sayang, ingatkah di awal masa hijrah dahulu… saat baru menapakkan kaki di kampus hijau tercinta, tempat seorang Mecca belajar mengenal diri dan Tuhannya, mengenal dien, idola dan surat cinta pertamanya… di sana pula untuk pertama kalinya hadir sosok istimewa bernama Andromeda , sosok yang telah menggetarkan sekaligus membekukan sudut hatinya…
Dia mungkin bukan sosok pribadi yang hangat… yang menghanyutkan layaknya tipe-tipe lelaki idaman seperti yang digambarkan cewek-cewek di kelas… dia juga terlalu misterius untuk dikagumi dan dipahami isi hatinya … dia terlalu dingin, terlalu kaku, terlalu serius melangkahkan kaki menyusuri jalan hidupnya… dia tidak menyenangkan versi gadis-gadis kampus kala itu…sesaat bibir ini menyungging senyum untuknya, tiba-tiba saja kembali utuh dalam ingatan serangkaian peristiwa antara aku dan Andromeda…
Andromeda, waktu telah membawa dia pergi melanjutkan perjalanan hidupnya… dia yang dulu selalu berhasil mencuri perhatian seorang Adyamecca dengan penyakit workholicnya… dengan keefektifan pemilihan kosakatanya… dengan keampuhan strategi organisasinya… dia yang… ah, tak kusangka begitu dalam perasaan terukir untuknya… hingga tak sanggup kulupakan sedetik pun hari-hari merah jambu yang telah kulewati bersamanya… berjam-jam bertengkar di telepon namun hanya sanggup bicara dalam diam kala bersama… selalu begitu bahkan setelah bertahun-tahun menjadi partner yang tangguh dalam berbagai tim kerja… segala ide dan manuver boleh jadi berhamburan kala diskusi digelar, namun ketika hanya ada Andromeda dan Adyamecca, dunia terasa berhenti berputar… yang ada hanya diam… berjam-jam dalam diam… dan betapa selalu kurindukan saat itu kembali…saat aku duduk dan berdiri dalam diam, sunyi tanpa suara menatap bahunya yang kokoh, ditemani suara tuts pada keyboard yang diketik dengan jari-jari panjangnya yang lincah… tetap diam kala duduk bersebelahan… seraya menatap taburan bintang di langit malam… diam dalam pesona kekaguman… diam yang menyimpan jutaan kata-kata…, diam yang menghimpun segala macam rasa…Itulah satu sessi dalam hidup saat aku begitu menikmati diamku… saat aku kehilangan kata-kataku… diam yang menjadi sebuah kenangan indah dan mewarnai hari-hariku…
Mecca ingatkah kau pernah mengatakan betapa inginnya kau kembali pada masa-masa sunyi itu… padahal kau jelas-jelas menyadari ada virus mematikan yang membunuh produktivitasmu kala kau lewati masa-masa itu… namun anehya bagaimana mungkin kau lebih memilih diammu itu,Mecca… bagaimana mungkin kau begitu merindukan bertemu lagi dengan masa itu… bukankah kini kau telah menjadi gadis yang begitu gemilang… terang-benderang bagai bintang… berjaya dengan suara indahmu, berdaya guna dengan kalimat-kalimat hikmah yang mengalir pada lisanmu… dan siapa sangka tujuh belas hari yang lalu Allah berkenan mengabulkan permintaan naifmu itu…
Setitik bening tiba-tiba saja telah meluncur basahi pipiku … pipi si malang Adyamecca… sehelai undangan bersampul ungu muda dengan sepasang kupu-kupu mungil yang dikirim via pos dua minggu yang lalu telah berhasil membumihanguskan sudut hatiku… sudut hati yang lama merana menanti kehadiran sang pangeran, Andromeda…
Lemas kurapatkan selimut pada tubuhku yang semakin menghangat… jari-jari ini masih bergetar seraya menggenggam erat kertas undangan yang tak mengerti apa dosanya…warna ini, warna kita Andromeda, liirihku berbisik pada angin yang menyapa lembut kaca-kaca kristal di mataku… benteng pertahanan itu rapuh sudah… segera runtuh bersama air mata yang kian deras tak terbendung membanjiri… izinkan aku menangis ya Rabb… izinkan kubersihkan hati ini dari berbagai virus penyebab penyakit hatiku… izinkan ya Allah… agar esok hari, kala kusebut asmamu kembali… kan kudapati suara indahku menggema menembus langit biru… mengudara bersama indahnya cinta yang memerdekakan… cinta nyata yang terdefenisikan oleh logika… cinta yang terbebas dari emosi semata… cinta karenaMu… cinta yang menjadikanku manusia penuh manfaat di muka bumi… karena manusia terbaik di sisiMu adalah yang paling bermanfaat bagi sesama… memberikan manfaat dengan fikirannya… dengan lisannya… dan dengan segala amalannya… bantu aku kembali padaMu, ya Allah… kembali menjadi Adyamecca yang memancarkan berjuta cahaya… (29 April 2006, 03.00 dini hari…)

7 komentar:

Mimi Chatz mengatakan...

Wow kak!! Dirimu stok cerpennya banyak banget n keren-keren lagi (walo lum baca semuanya...)

nRizyana mengatakan...

kak ekaaaa.....
kasi commen box dunk....
trus bole kasi saran dunk...
paragrafnya dirapiin...
kayanya kak eka kan copas aja kalini ya dari Words ?
klo uda masuk page site gini, kurang eye-catching gitu deh...
tar na sbg penikmat sastra cepet pusing bacanya...hehehe
afwan deh klo tersakiti...hiks hiks

Ayka Bunda Azka mengatakan...

mimi say... ntar nyempetin baca2 dunk...bunda di komen gitu...
ditunggu komenna yah...

Ayka Bunda Azka mengatakan...

nanasay, you're right...bantu2 kakak dunk yah... maklum the beginner, hehehehe....

Ayka Bunda Azka mengatakan...

Well...well, sejujurnya... cerpen ini emang ditulisna saat diriku sakit ilang suara kaya' si Adyamecca... saat itu juga lagi melo abis mengenang someone nun jauh disana yang kayana g bakal bisa teraih...
kalo istilah jama'ah " Beda Kasta ", hiks...
padahal saat itu dia belum nikah lho...hanya naluri bunda berkata : dia bukan untukmu, ka... dia akan disandingkan dg seseorang yg akan dipilihkan...seseorang yg terpilih...

Alhamdulillah,atas rekayasa Allah bunda didaulat nikah duluan sama Ayah sayang yang baik hati...

Allah pasti tahu yang terbaik...
cerpen ini hanya untuk mengabadikan rasa yang pernah ada... that's all...

Mimi Chatz mengatakan...

Subhanallah,,,,kak.....:(

Ayka Bunda Azka mengatakan...

RALAT : bukan 'beda kasta'kaleee... beda marhalah lebih tepat kayanya...hiks (tapi sama aja, sama2 berending : hiks )

Design by Blogger Templates