Maafin Mia, Ya Kak Ary…!

Maafin Mia, Ya Kak Ary…!
By. Dyan Rifa’i

“ …saya tunggu hasil liputan expo pendidikan kemarin di meja saya pukul satu…”, datar, dingin, tanpa basa-basi… pfuiffh, benar-benar siluman pinguin…
“ hm, tapi Kak…flash disk saya hilang dan hasil liputan itu tersaving di sana, saya mohon diberi waktu tambahan…”, pintaku dengan suara di tekan sedalam mungkin. Mata elang dibalik kacamata minus dua itu sesaat menatapku tajam…
“ hilang…? Ceroboh sekali kamu… flash disk itu sama dengan nyawa dan otak kedua para jurnalis… kalau sampai hilang, sama saja dengan kamu telah kehilangan keduanya…”, wajah tirus itu berpaling dariku, dengan dagu yang sedikit terangkat jelas kudapati utuh wujud kekesalan di sana…
“ saya tunggu sampai pukul tiga, ba’da ashar saya tidak ingin diganggu dengan masalah konyol seperti ini lagi… dan jangan lupa, sore ini kita ada rapat redaksi…on time ok !, kamu sudah terlambat dua kali ! “, tegasnya mengakhiri pembicaraan sebelum akhirnya melangkah lintasi meja kerjaku yang serta merta ikut terasa dingin jadinya…Bbrrr - 5°C, sekujur tubuhku seketika merinding pula dibuatnya…
Flash disk itu hadiah ulang tahun dari Mas Rama, Kakak sepupuku yang telah terlebih dahulu berjibaku di surat kabar lokal…Kak Ary benar, tidak seharusnya flash disk itu aku hilangkan… lihat nasibku sekarang, sederetan data-data penting milik redaksi plus tugas-tugas sekolah ikut raib bersamanya… tapi aku kan ga sengaja…!!! Asli ga sengaja banget… aku ingat betul terakhir kali MP4 yang juga bisa buat merekam wawancara itu aku simpan baik-baik di kotak pensilku sebelum meninggalkan redaksi sore kemarin…hik, sekarang ga ada lagi yang perlu disesali… semua terjadi begitu cepat dan dengan cepat pula aku harus segera menyelesaikan laporan liputan expo yang diminta Kak Ary atau kalau tidak… hiii syerem… pemimpin redaksiku yang perfeksionis itu akan menelanku bulat-bulat… Ah, Mia kamu hiperbola banget sih… ga mungkin lah Ary Prasetya, senior kamu itu sanggup menelan kamu hidup-hidup…!!!
Sebetulnya banyak teman sekelasku yang pada heran kenapa aku begitu nekad gabung di klub jurnalistik yang dikomandani Kak Ary, kakak kelas tigaku yang terkenal jutek abis, rada sinis en terlalu serius plus jenius itu… kenapa ga gabung di klub tari or ansamble musik aja… atau kalau memang suka menulis, mendingan ngeramein poetry community yang anak-anaknya pada romantis abis …Well, aneka komentar dan tawaran terpaksa dengan manis kutampik coz jurnalistik emang sudah menjadi pilihanku sejak dulu… bergabung dengan klub jurnalistik siapa pun pemimpinnya sudah menjadi cita-citaku saat pertama kali menjejakkan langkah di Khatulistiwa High ini… walau rada gerah dengan sikap Kak Ary yang agak kurang bersahabat aku yakin banyak hal yang bisa aku dapati di sini… sekilas kulirik Mbak Ika yang ga pernah bosan menghadiahiku senyuman hangat dan tatapan teduhnya yang menentramkan… lalu kualihkan pandanganku menuju Kak Oky yang selalu ceria dengan hobi jeprat-jepretnya yang menghibur… belum lagi sederetan nama-nama teman seangkatan yang turut menghuni klub kecil ini…nama-nama yang juga akan selalu memenuhi sudut-sudut hatiku…
“ sabar ya, Mia…Kak Ary ga pernah benar-benar marah kok… percaya atau nggak, dia sengaja menerapkan disiplin pada kita semua agar tidak terbiasa menomorsekiankan kerja-kerja redaksi… agar bisa memahami betapa yang kita lakukan ini sangatlah penting dan bukan main-main…”, tutur Mbak Ika seraya duduk di dekatku yang sedang garuk-garuk kepala memikirkan kalimat utama susunan laporan yang diminta.
“ Don’t Worry, Mbak…Mia baik-baik aja kok… lagipula Mas Rama sering cerita tentang Kak Ary yang juga juniornya di kantor… menurut Mas Rama, Kak Ary punya dedikasi yang tinggi dan talenta yang luar biasa, Mia harusnya bangga bisa bekerja dalam satu tim dengannya… tapi tetap saja sih Mbak, kadang Mia terganggu juga dengan sikapnya yang gak berperasaan… kok ga ada manis-manisnya sama Mia dan teman-teman… apa karena Mia junior ya,Mbak…? Jadi hanya dipandang sebelah mata…? “, tanyaku lepas… Mbak Ika menggeleng cepat… diraihnya tanganku dengan lembut…
“ Mia jangan salah paham… Kak Ary ga seperti yang Mia sangka… mungkin di depan Mia dia lebih memilih bersikap dingin seperti yang kita lihat, tapi Mia ga tahu kan kalo di belakang Mia dan teman-teman Kak Ary justru begitu memperhatikan dan peduli pada kalian semua…Mia, husnudzon ya…”, pintanya tegas dibalik kelembutan sikapnya…
“ Hya, oke deh kakak… apa sih yang ga buat Mbak Ika ku tersayang “, bisikku ke telinganya… waduh, sudah setengah tiga lewat lima belas menit, alamat kudu sprint nee…
Tiba-tiba…
Huk, hah…hu…hah….hosh…bruk…!!!
“ Mi…Mi…Mia, ma…ma…maaf…kan da…ku…Mi…”, aku bengong menyaksikan Don nyungsep di depan meja kerjaku…
“… ayo Don, minum dulu…”, setelah ngejepret beberapa kali barulah Kak Oky memperbolehkan aku menyodorkan segelas air mineral pada Don yang masih terengah-engah di hadapan kami, duh tega juga nih kakak…
“ Wahai Mia, sahabatku yang baik hati… sudilah kiranya dirimu memaafkan diriku ini…”, Huuu, mulai kumat lagi nih personil poetry community…
“… ada apa sih, Don… to the point, napa…?! “, potongku risih…
“ Mia manis, daku mendengar dari Riri anak 1.7 yang juga kru mu di redaksi kalau dirimu baru saja dimarahi Kak Ary karena menghilangkan Flash disk berisikan liputan laporan expo kemarin ya…? “, tanyanya dengan ekspresi serius yang unik…
“ Hm, he eh tuh… trus apa hubungannya sama kamu Don…? “, tanyaku penasaran…
“ Mia, apakah dirimu tidak membaca puisi yang kuselipkan di saku ranselmu…isinya pemberitahuan bahwa daku meminjam flash diskmu untuk merekam pembacaan puisi pilihan poetry community bulan ini tadi malam…”, dengan tampang sayu plus pasrah Don meletakan benda berkapasitas 1 GB itu di atas mejaku…terang aja aku exciting bangeet melihatnya…
“ Alhamdulillah… trims ya,Don… right on time… by the way, puisinya kuberikan pada Jelita, fansmu anak 1.4…habisnya aku ga ngira isinya penting githu… ya sudah, ga pa pa…hanya lain kali tinggalkan pesannya dengan kalimat efektif aja ya…”, segera kutinggalkan Don yang masih melongo karena tak menyangka punya fans anak 1.4, Itukan kelasnya para selebritis Khatulistiwa High, fikirnya… Dengan wajah ceria aku pun berlari kecil menuju ruang khusus milik Kak Ary di lantai dua redaksi, tinggal dua menit lagi… Kak Ary, I’m coming…
Kuhentikan langkahku seketika… pintu ruangan Kak Ary terbuka sedikit dan ada orang lain di dalam sana…
“ …berada di sini sama dengan berdakwah lewat pena… menyampaikan kebenaran dan seruan kebajikan dengan tulisan demi tulisan… tak jarang media digunakan untuk memutar balikan fakta, dijadikan alat mempropagandakan kemaksiatan dan membumikan kebathilan… Demi Allah Mas, saya ingin redaksi ini memberikan kontribusi yang signifikan bagi dakwah di SMA Khatulistiwa …walau untuk demikian itu saya harus bekerja keras membangun mental dan ruhiy personil redaksi agar mampu memahami niat mulia ini… “ papar Kak Ary pada Mas Rama yang sepertinya naik lewat tangga samping hingga kami tidak ada yang menyadari kehadirannya…sesaat aku tertegun mencermati kalimat demi kalimat yang keluar dari lisan Kak Ary selanjutnya... Sungguh aku tidak menyangka dibalik kebekuan sifatnya tersimpan cita-cita mulia yang melangit bersama setiap titik keringat yang menetes di jalan dakwah yang telah dipilih olehnya… Rasa haru perlahan menyelinap penuhi hatiku…Kak Ary maafkan Mia yang telah mengata-ngatai Kak Ary siluman pinguin… yang telah menuduh Kak Ary ga berperasaan…mengira Kak Ary memandang kami sebelah mata… ternyata ketegasan dan kedisiplinan yang Kak Ary terapkan tak lain dan tak bukan karena Kak Ary menginginkan kami dapat menjadi mujahid dan mujahidah bersenjata pena… membela dien ini dan menegakkan kebenaran dengan goresan demi goresan pena yang kami buat… Maafkan Mia, Ya Kak Ary…! Sekali lagi Maafkan…(The day after my birthday_last year, 00.29 )


0 komentar:

Design by Blogger Templates