Bye Neva





Bye… Neva !

Aku harus meninggalkan Neva, sebesar apapun cintaku padanya… tapi, bukankah keputusan yang baru kubuat tadi sebetulnya adalah bukti sejati aku memang mencintainya… jika aku tidak sayang padanya, tidak peduli padanya, maka tentu aku akan terus-terusan menjadi kekasihnya… membelenggunya dalam perasaan yang menyesatkan … yang semu… yang hanya kan bermuara pada jurang kemaksiatan yang dibenci oleh_Nya… Hya, keputusan ini sudah bulat dan besok aku akan bicara pada Neva, aku akan meluruskan hubungan ini agar tepat sesuai syariat… putus hubungan tanpa perlu memutuskan tali silaturahim… aku harus sabar menjelaskan hal ini padanya… walau mungkin akan sangat sulit bagi Neva untuk menerimanya.
“ …Ini pasti karena Ega, iya kan Vo…? “, desak Neva gundah…
“ Bukan Va, insya Allah bukan karena makhluk…”, putusku.
“ Impossible… kita tuh udah pacaran dari kelas empat SD Vo, gimana mungkin ditahun ke sebelas kamu bisa tiba-tiba mutusin aku tanpa sebab kaya gini… kamu mikir deh, cewek mana yang bisa serta merta nerima keputusan sepihak kayak begini… “, Neva menutup wajahnya dengan kedua belah tangannya… dia kecewa, demi Allah aku tahu hatinya terluka…
“ aku…aku ga percaya kamu bisa setega ini…”, bisiknya dibalik isak tangis yang mulai terdengar.
God, melihatnya menangis… sungguh aku ga akan pernah sanggup… karena selama ini aku memang tak pernah rela membiarkannya terluka oleh satu apapun… setidaknya dada ini akan siap disandari agar sakit itu terbagi… namun kini… ternyata akulah si pembawa pedang panjang yang telah menebas urat nadinya dan membiarkan darah itu mengalir begitu saja….
“ Percayalah ini yang terbaik,Va… percayalah Allah akan jauh lebih ridho dengan keputusan ini… setelah ini Revo akan tetap ada untuk Neva, sebagai saudara seiman… Revo sangat berharap tali silaturahim yang telah terjalin dengan indahnya tidak turut putus bersama lahirnya keputusan ini…”, kucoba meyakinkannya…
Neva merebahkan tubuhnya ke hamparan empuk rumput manila tempat kami biasa duduk berduaan di halaman belakang rumahnya seraya menikmati warna-warni ratusan jenis anggrek yang turut menghiasi sudut-sudut tamannya. Matanya menerawang, kebiasaan yang muncul bilamana ia sedang sedih… biasanya aku juga akan turut rebah disampingnya dan menggenggam tangan putih yang halus itu erat-erat, seolah tersalur kekuatan agar dia tegar menjalani kehidupan selanjutnya... Tapi kali ini tidak, aku tidak semestinya mengambil kesempatan menyentuh gadis belia itu… seperti yang sering aku lakukan dulu…
“ Va, aku pulang dulu… maafkan aku… “, aku berdiri meninggalkannya…
“ Vo,tunggu…” desahnya… aku berhenti, tak berani menoleh…memandangnya dalam kondisi terluka tak berdaya…
“ …kamu, akan membayar mahal untuk ini semua…” bisiknya…
“ Cuma itu…?, ada lagi yang ingin disampaikan ?”, tanyaku dengan debar jantung bergemuruh…
“ …kamu nggak akan bisa gantiin aku dengan gadis manapun…” tegasnya…
Aku meneruskan langkahku… sekali lagi, maafin aku Va… aku yakin ini yang terbaik…
*$*

Kesibukan menghadapi Mid Semester alhamdulillah sedikit membuat fikiranku teralih dari sosok Neva, ditambah lagi dengan beberapa aktivitas rohis dan masa orientasi klub pencinta alam buat mahasiswa baru yang full menuntut perhatianku…aku mencoba untuk tidak terusik kembali dengan apa yang baru saja terjadi diantara aku dan Neva.
Aku mulai terbiasa untuk mengisi malam minggu dengan kajian bersama di sekretariat mushola kampus atau diskusi lepas bersama aktivis kampus yang lain. Untuk beberapa pekan terakhir ini nyaris bayangan Neva tak pernah kudapati.
“ Vo, jadi benar kasak-kusuk loe mutusin Neva, cewek agro yang manis banget itu…? “, Robin antusias menanyaiku diikuti Joe, Andra dan Sebastian, konco-konco setiaku di klub pencinta alam kampus.
“ Hya, gitu deh…”, jawabku pendek…
“ Loe sakit ya,friend… masa cewek kiut,manja,seksi dan pinter kaya Neva loe sia-siain…atau emang benar gosip-gosip yang beredar itu… loe naksir sama si Ega…”, sambar Joe yang kutau diam-diam juga naksir berat sama Nevaku.
“ Ha, jadi benar nih… gara-gara si Ega …!!! ”, tuduh Bastian merespon gayaku yang sok cool alias malas ngeladeni bocah-bocah itu…
“ Emang sih, si Ega hot juga… dan gue liat-liat kayanya emang rada ngasih lampu ijo ke elu sejak masa orientasi klub minggu lalu, tapi masa Cuma gara-gara itu loe mutusin si Neva yang udah sebelas tahun loe pacari, kalo loe emang pengen dua-duanya kan loe bisa selingkuh…”, usul Andra yang langsung kusambut Istighfar dalam hati…
“ Hei, Friend… kayanya loe-loe pada mesti nginstall ulang loe-loe punya otak deh… ngeres mlulu dari tadi… gue nggak ada niat ngelaba Ega, dan gue putusin Neva karena sebuah alasan yang gue yakin loe-loe pada juga ga akan ngerti…!!!”, aku bangkit dari tempat dudukku…
“ Hei, mau kemana Vo, sori deh… kita-kita kan Cuma becanda… jangan jutek gitu dong…kita-kita ga akan rese’ lagi deh sama urusan loe… asal mulai sekarang mantan cewek loe yang aduhai itu boleh gue laba’ , gimana …!?!, paling cepat sepulangnya kita dari hiking ke Bukit Kelam minggu depan, gimana Vo… respon dong…!!!”, teriak Joe cs… Sinting, lama-lama aku bisa sinting ngeladeni otak-otak kotor macam begitu…
Akhirnya setelah menimbang-nimbang sebentar, aku memutuskan untuk mengarahkan mobil kembali ke rumah… kepalaku berat, sepulang dari lokasi hiking beberapa hari lalu mendadak tubuhku rada nge_drop… aku butuh istirahat sejenak sebelum rapat aksi sore nanti…
“ Vo, cepat kesini… Mas mau ngenalin kamu sama seseorang…!!! “, Aku baru saja memarkir mobil di garasi saat Mas Vero memanggilku. Mas semata wayangku yang baru dua pekan pulang dari studinya di State itu memang ekspresif banget dan paling heboh di rumah ini.
Sampai di ruang tamu, mami langsung mencegatku…
“ Loh,Mi…kok di sini… Mas Vero bawa siapa Mi…? “, tanyaku heran.
“ Jawab Mami yang jujur Vo, sejak kapan kamu putus sama Neva…? “, tanya mami tegas. Deg. Bagaimana Mami bisa tahu…? Padahal aku sedang mencari-cari waktu yang tepat untuk menyampaikannya pada Mami, karena aku tahu Mami sangat menyayangi Neva dan sudah menganggap gadis belia itu sebagai putrinya sendiri, terlebih karena di keluarga ini memang nggak ada anak perempuan, yang ada hanya aku dan mas Vero.
“ Hm… bulan lalu,Mi…sori Revo nggak sempat cerita sama Mami… tapi Revo niat kok cerita sama Mami…”, pujukku.
“ Kenapa kalian putus…? kamu punya gebetan baru ya…? ”,tuduh Mami..
“ Hya, nggak lah Mi… Revo Cuma nggak mau aja pacaran, banyak negatifnya…!!!”, elakku.
“ …atau karena kamu memang sudah bosan sama Neva, Mami ngerti sebelas tahun pacaran, mungkin kamu pengen nyoba’ pacaran dengan cewek lain karena Neva pacar pertama kamu…”, mami terus-terusan mengejar…
“ Mi, Plis deh… jangan mikir yang nggak-nggak… Revo nggak ada maksud buruk mutusin Neva, itu toh juga demi kebaikan Neva… dan kalau memang jodoh nggak akan lari kemanalah Mam …!!!”, hiburku… Mami mengangguk puas… dia merangkulku ke dalam…
“ Lama banget sih kamu, Vo… syukur calon istri Mas ini orangnya sabar dan pengertian, coba kalo yang cepat naik darah… berabe kan…!!!”, celoteh Mas Vero panjang lebar… namun aku tak memperdulikan kata-katanya , aku sibuk mengatasi keterkejutanku pada sosok yang sangat familiar di mataku bahkan pernah begitu lama mengisi sudut-sudut istimewa di hatiku… Ratu Nevanska Putricilla Mahendrapatti.
“ kalian pasti sudah saling kenal… Ratu mas ini kan teman kamu sekolah dulu…kuliahnya juga di kampus yang sama, Cuma karena beda fakultas mungkin kalian jadi agak saling lupa ya…?”, tebak Mas Vero,sok tahu…
“ Nggak kok,Mas… aku nggak lupa, gimana mungkin aku lupa… kita kan dari SD sampe SMA selalu sekolah di tempat yang sama, bahkan beberapa kali pernah sekelas…ya kan,Va…!!! “ jawabku santai…
Neva menatapku lekat, seolah menantang… aku berusaha tenang dan bersikap luwes, lagipula sebentar lagi dia akan jadi pendamping hidup Mas ku, kurasa itu saja sudah cukup untuk dijadikan alasan aku menjaga jarak dalam berhubungan dengannya.
“ Kami ketemu di perpustakaan, ceritanya lucu deh… kamu pasti nggak percaya …”, dan terurailah cerita yang menurutku biasa-biasa aja dari mulut Mas vero tanpa diminta… aku setor senyum tipis aja lalu pamit ke kamarku… Neva terus menatapku tajam, perasaanku nggak enak, apa ini bagian dari upaya balas dendamnya padaku… Kasihan Mas Vero, padahal dia sudah stil yakin ingin menikahi gadis yang baru dikenalnya beberapa hari itu…Kembali aku menarik nafas panjang, Neva sudahlah…
Kurebahkan kepalaku yang semakin bertambah-tambah beratnya, perlahan kupejamkan mataku sambil terus-menerus melafazkan istighfar dalam hati…
Hya, kini terasa lebih baik… memang sebaiknya aku tidur saja dulu sebentar…
Antara sadar dan tak sadar aku mendengar seseorang menyelinap ke dalam kamar, mungkin Mami yang ingin melanjutkan investigasi… Sudahlah,Mi…Revo butuh istirahat…
Kuhembuskan nafas teratur… namun instingku menangkap sosok itu semakin mendekat dan mendekat… kepalaku semakin berat dan mata ini sulit untuk membuka. Rabb, ini bukan mami dan dari parfumnya yang aku kenal baik, aku tahu ini siapa…!!!
“ Aku tahu kamu nggak tidur…”, bisiknya nakal di telingaku…
“ Kepalaku sakit,Va… dan pergilah sebelum Mas Vero memergoki kamu di sini…”, usirku dengan tetap memejamkan mataku… namun instingku menangkap gadis itu malah semakin mendekat … Ya,Rabb… gadis ini gila… dengan susah payah kutolak tubuhnya ...
“ Astaghfirullah…”, desisku dan aku segera beranjak … Neva menarik lenganku kasar dan memelukku erat-erat agar tidak pergi meninggalkannya.
“ Kamu jangan sok munafik deh,Vo… dulu kamu selalu menyukai kebersamaan kita seperti saat ini…!!! ” suaranya bergetar…
“ Iya, kuakui… aku khilaf Va… tapi syukurnya Allah masih menjaga kamu… masih menjaga aku… sehingga aku bisa menahan diri dari perbuatan terkutuk itu…”, tegasku seraya menjauh dan membuang tatapan darinya.
“ Munafik… aku nggak percaya kamu jadi sekolot itu, siapa sebenarnya yang sudah meracuni fikiran kamu… Ikhsan ?, atau Chandra ?, atau jangan-jangan si kerudung merah jambu, Nabila ? apa dia yang sudah merebut kamu dariku…? jawab Revoneo Fernanda… aku sungguh-sungguh nggak terima kamu jadi berubah kaya gini… sok ja’im… sok nggak butuh… apa coba yang aku nggak bisa berikan ?aku sudah tawarkan, kamunya aja yang nggak mau ambil…!!!” ketusnya…
“ Va, aku benar-benar nggak percaya kamu semurah ini… ternyata sebelas tahun pacaran tidak membuat aku mengenal siapa Ratu Nevanska sebenarnya… ternyata kamu nggak ada bedanya dengan cewek-cewek di luar sana… sungguh aku benar-benar sangat bersyukur telah memutuskan hubungan denganmu…!!!”, balasku tegas seraya cepat merapikan kemejaku dan pergi meninggalkannya yang sedang terpana di atas ranjangku.
Rabb, aku harus pergi dari rumah ini… kuseret langkahku ke garasi, melarikan black stream_ku ke jalanan dan memutar murottal keras-keras melampaui suara house music yang membahana dari mobil yang ada di sebelahku… Aku tak tahu harus kemana… tapi kepalaku berat…
“ … istirahatlah disini, tapi afwan nih… terpaksa ditinggal-tinggal… ana ada jadwal mengisi kajian adik-adik baru… afwan jiddan,ya Vo… assalamu’alaikum…”, Ikhsan pamit…
“ Syukran, San… oya jangan lupa miscal aku pas adzan ashar nanti ya…khawatir aja kebablasan sampe magrib, lagian kita ada syuro kan ba’da Ashar, So jangan lupa bangunin ane oke…!!!”, pesanku mewanti-wanti… Ikhsan mengacungkan ibu jarinya lalu berlalu dengan cepat meninggalkan aku di kamar kostnya…
Ternyata harus bersembunyi di ruangan sempit yang disesaki oleh buku-buku milik Ikhsan untuk aku sedikit mendapatkan ketenangan…
Ah, Neva… apa dia benar-benar telah kehilangan akal sehatnya hingga sanggup melakukan perbuatan hina itu, sungguh di luar dugaanku…Apa yang sebaiknya aku lakukan, menghalangi hubungan Mas Vero dengannya ?, menuntaskan persoalan dengan menanyakan apa sebetulnya yang diinginkan gadis belia itu ? atau pergi meninggalkan kota ini… lari dari segala persoalan yang menghimpitku…bijakkah…???
Kepalaku terus berdenyut-denyut, walau akhirnya sukses juga terlelap barang beberapa menit…
*$*
“ Hei,Vo… ikut yuk ntar malam… nonton bareng Neva di Plaza, wajahmu bete’ terus beberapa hari ini … mas kira kamu butuh sedikit refreshing deh…!!! “, tawar Mas Vero yang tiba-tiba muncul dan menstealing bolaku lalu menshootnya dengan sukses ke keranjang…
“ Sori deh,Mas… aku udah ada janji malam ini…! “, jawabku pendek.
“ Cari cewek deh,Vo… laki-laki tanpa perempuan cenderung terlihat kusut dan tak bergairah… hya seperti kamu sekarang ini…”. Celoteh Mas Vero… aku nyengir aja… sesaat sebelum kabur dari nasihat-nasihat percintaannya yang basi banget buatku.
Aku mengarahkan mobil keluar dari pagar dan bergegas menuju pusat kota. Kulangkahkan kakiku menuju salah satu toko buku terlengkap di kotaku, ada beberapa buku baru yang ingin kubeli.
Aku sedang khusyuk dengan buku yang ada di tanganku saat mataku tiba-tiba ditutup oleh seseorang yang muncul dari arah belakangku
“ Guess, who ? “, bisiknya ke dekat telingaku.
“ Neva, please… ! “, segera kulepaskan diri dari makhluk cantik yang sangat familiar di hatiku itu.
“ Really Glad to meet U in here… “, bisiknya manja seraya mengalungkan kedua lengannya ke leherku.
“ Neva, don’t touch me, ok… “, tegasku seraya menyelamatkan leherku dari rengkuhan lengannya .
“ No, I wont…”, balasnya nakal.
“ Neva, I’m sorry…”, kutolak keras tubuhnya yang kemudian terhuyung ke belakang lalu bergegas meninggalkannya.


Kulangkahkan kakiku dengan cepat diantara kerumunan orang-orang. Fillingku mengatakan Neva tak akan puas dengan penolakanku karena aku hafal benar watak mantan kekasihku itu. Semakin lebar kulangkahkan kaki-kakiku,, namun terlambat …seseorang telah berhasil menarik lenganku dan mencengkeramnya dengan erat.
“ Kamu nggak bisa pergi begitu saja dalam hidupku Revo… berhenti dan dengarkan aku… kumohon Revo…atau aku akan menjerit dan mengatakan pada semua orang di tempat ini kalau kau sedang menculikku…!!!”, ancamnya…
Aku menghentikan langkahku seketika. Mata si cantik berbinar dan sebaris senyum merekah hiasi wajahnya.
“ Baik, kita akan tuntaskan ini secara dewasa…”, tawarku…
“ Oke, kita ke kafe itu… kamu yang traktir !!! “, sambutnya sambil menunjuk kearah sebuah restoran mungil yang menjual aneka macam kue di pojok gedung .
“ Neva, apa sebenarnya yang kamu inginkan ? “, tanyaku to the point…
“ Aku ingin kita kembali seperti dulu… kembali menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai…dan bahagia … “ gadis itu mantap menyatakan keinginannya sambil lurus menatapku dengan tatapan memelasnya .
“…tatap mataku,Vo…lihatlah betapa besar cinta yang terpancar di sana… tidakkah kau sadari betapa aku menginginkanmu, Revoneo… “, dia mendekatkan tubuhnya padaku…menggunakan daya tariknya untuk memikatku…manis wangi parfum yang bersumber dari tubuhnya menyergap penciumanku…
“ Revo… apa kamu nggak ingat pada kenangan-kenangan indah kita dulu…?, mengapa kamu jadi berubah sejak bergaul dengan Ikhsan… diakah yang telah menjadi racun diantara kita…? “, lurus mata indah itu menatapku tajam, menanti jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya.
“ Aku tahu kamu tidak akan pernah puas dengan jawaban-jawabanku… karena pernyataan itu tak pernah ada dalam logika berfikirmu… aku sudah mencoba jujur padamu dengan mengatakan alasan yang sebenarnya… Va, aku nggak mau jadi muslim munafik…yang maunya mentaati perintah yang aku bisa dan aku suka saja, tapi menolak mengindahkan hal-hal yang Allah benci untuk ditinggalkan…”, kutarik tanganku dan kuatur jarak agar hatiku dapat lebih tentram menyampaikan isi hatiku padanya.
“ Va, aku tetap sayang Neva… dan Aku ingin menyayangi Neva dengan cara yang Allah ridhoi…, aku tahu telah begitu banyak kekhilafan yang telah kita lakukan bersama… kekhilafan yang harus aku tinggalkan kala aku telah tersadarkan … dan Ikhsan adalah salah satu dari sekian banyak orang yang telah membantu aku untuk teguh dengan komitmen perbaikan diri…”, kutarik nafas panjang perlahan…
“ Aku harap kamu mengerti, betapa aku nggak ingin menyia-nyiakan sisa hidup ini dengan kesia-siaan yang hanya akan menjadi penyesalan kita di akhirat nanti… Aku bersyukur hidayah itu telah datang dan memotivasi aku untuk yakin mengambil keputusan ini… walau ini berarti aku harus rela kehilangan orang yang sangat aku sayangi karena aku tahu sesungguhnya aku nggak akan benar-benar kehilangan… aku nggak akan benar-benar kehilangan, karena setelah ini aku berharap kita masih akan terus menyambung tali silaturohim ini… aku akan tetap jadi teman kamu… teman yang akan ada untuk kamu saat kamu butuhkan, percayalah…”, Neva tertegun sesaat, lalu membuang pandangan ke meja yang memisahkan kami.
“ Tak ada satupun kenangan kita yang aku lupakan,Va… dan untuk segala yang telah aku lakukan padamu, aku minta maaf… aku tahu maaf saja tidak akan pernah cukup untuk mengurai apa yang telah aku rajut bersamamu sebelas tahun terakhir ini… aku tidak memaksamu melupakan apa-apa saja yang telah terjadi di antara kita, karena bagi orang kebanyakan kisah kita memang amatlah manis untuk dihapus dari ingatan… aku…aku…aku hanya bisa minta maaf padamu dan mohon ampun pada Yang Maha Kuasa atas apa yang telah aku perbuat selama ini…”, kuteguk minuman dingin yang ada dihadapanku… Neva masih membuang tatapannya… tak sedikit pun dia berusaha mengangkat wajahnya seperti yang biasa dia lakukan kala menantangku.
“ Kamu gadis yang baik Va, aku bahagia bisa melewati hari-hari bersamamu… walau belakangan ini aku sedikit kecewa dengan tindakanmu… namun aku berusaha memaklumi kekalutan di jiwamu, sungguh… aku lakukan ini bukan karena aku bosan padamu, atau ada wanita lain yang mengusik hatiku…kuharap kamu mengerti sekarang, mengapa aku lakukan semua ini…”, kembali kuteguk minumanku…
“ Aku harus pergi…”, bisiknya lirih…
“ Va, kamu maafin aku kan…? “, kejarku , saat dia hendak bergegas meninggalkan meja.
“ Va, jawab pertanyaanku…! “, aku turut berdiri dan mencoba menghalanginya.
“ Ntahlah, Vo… banyak hal yang sungguh aku nggak ngerti… tapi ada satu hal yang aku ingin kamu tahu… aku menghargai keputusanmu… aku perlu waktu untuk mencerna kata-katamu… setidaknya apa yang kau katakan padaku barusan telah menjelaskan bahwa aku tidak kau campakan… karena selama ini, itulah yang kurasakan… dan Revo, kumohon… tepati kata-katamu untuk selalu jadi temanku… itu saja… “, selepas mengatakan itu Neva pun berlalu… Aku menarik nafas lega… Neva sayang, cepat atau lambat kau akan mengerti, hidup ini begitu singkat untuk disia-siakan… Allah telah mengatur dengan sebaik-baik dan seindah-indah cara untuk menyatukan hamba-hamba_Nya… dengan siapa, di mana bahkan kapan waktunya…semua telah diatur oleh_Nya, lantas mengapa kita harus berlaga sok tahu untuk mencari-cari sendiri pasangan hidup kita, hingga memboroskan waktu yang sebetulnya dapat dialihkan untuk kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat dan mendatangkan keridhoan_Nya. Jika saatnya tiba… akan dengan mudah Dia mencenderungkan hati ini… akan dengan mudah Dia lapangkan jalannya… dan pilihannya adalah yang terbaik untuk kita, karena Dia memberi sesuai kebutuhan … bukan keinginan… Bye Neva, I’ll always love you coz Allah…
( Pontianak, 12 April 2004, 01.40 dini hari…)


1 komentar:

Ayka Bunda Azka mengatakan...

ini cerpen klasik bangets...
g gitu bagus... semangat nulisnya karena saat itu banyak megang adik2 mentoring yang baru hijrah..

semoga bermanfaat...
karena nulisnya dengan semangat berdakwah tentu saja...

Design by Blogger Templates